Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembangunan LRT Jakarta Masih Minim Fasilitas Integrasi Angkutan Massal

Dari hasil kunjungan tersebut, DTKJ menemukan 5 hasil yang mengarah kepada masih minimnya fasilitas integrasi dari pembangunan LRT Jakarta.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Ferdinand Waskita
zoom-in Pembangunan LRT Jakarta Masih Minim Fasilitas Integrasi Angkutan Massal
Alex Suban/Alex Suban
Kendaraan melintas di samping pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan rute Cawang-Dukuh Atas di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2017). Proyek LRT Jabodetabek untuk tahap pertama yang meliputi rute Cibubur-Cawang, Cawang-Bekasi Timur, dan Cawang-Dukuh Atas ditargetkan selesai pada tahun 2019. (Warta Kota/Alex Suban) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) melakukan kunjungan kerja ke proyek LRT Jakarta, menyusuri jalur layang dari depot di Kelapa Gading hingga Velodrom Rawamangun, Senin (20/11/2017) lalu.

Dari hasil kunjungan tersebut, DTKJ menemukan 5 hasil yang mengarah kepada masih minimnya fasilitas integrasi dari pembangunan LRT Jakarta.

Hal ini diungkapkan Komisi Humas dan Hukum DTKJ melalui keterangan tertulisnya, Rabu (27/11/2017).

Pertama, pembangunan LRT Jakarta sepanjang 6 kilometer, ternyata tidak akan berdampak signifikan pada pencapaian target 60% share mode pada tahun 2029, seperti yang ada di Perda lalu lintas tahun 2015.

Baca: Diserbu 16 Ribu Pelamar, MRT Jakarta Butuhkan 381 Pegawai

Kedua adalah ekspansi jalur LRT hingga ke simpul angkutan masal lainnya perlu segera dilaksanakan hingga terbentuk jaringan angkutan masal yang terintegrasi serta memudahkan pengguna beralih dari LRT ke KRL, BRT, dan nantinya MRT.

"Komitmen politik dan anggaran Pemprov sangat diperlukan minimal sampai LRT tersambung ke Stasiun Manggarai dengan fasilitas pindah moda yang nyaman," tulis keterangan resmi DTKJ, Rabu (29/11/2017).

Berita Rekomendasi

Kemudian, fasilitas integrasi antar moda saat ini belum ada dan harus segera disediakan.

Berdasarkan keterangan DTKJ, minimal harus ada layanan bus shuttle Transjakarta dari stasiun velodrom ke halte Transjakarta 2 Jl Rawamangun dan depot kelapa gading ke koridor 10 di Jl Ahmad Yani.

"Fasilitas stop untuk taxi, bus reguler, parkir sepeda, dan pejalan kaki juga wajib disediakan di setiap stasiun agar kegiatan pindah antar moda tidak mengganggu arus lalu lintas," begitu lanjutan keterangan tertulis DTKJ.

Baca: MRT Jakarta Kejar Target 90 Persen Selesai Akhir Tahun

Keempat, Jakpro harus lebih serius memikirkan sustainability operasi LRT Jakarta pasca Asian Games, untuk memaksimalkan manfaat LRT Jakarta.


Terakhir, pengembangan TOD di lokasi depo dan lokasi potensial lainnya perlu direncanakan dengan matang.

Hal itu diperlukan untuk menambah jumlah pengguna dan pendapatan usaha.

Setidaknya, menurut DTKJ, terdapat stasiun-stasiun LRT yang terhubung langsung dengan akses Skybridge ke mall dan pusat kegiatan lain di sepanjang rute LRT.

Lebih lanjut, DTKJ mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk segera membentuk badan pengelola angkutan masal Jakarta, yang bertanggung jawab terhadap keterpaduan layanan seluruh sistem angkutan umum masal di Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas