Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Wanita Muda Cari Jasa Aborsi di Internet, Bayar Rp 4 Juta, Lokasi di Wilayah Salemba

Tim liputan mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai seorang wanita (DIN) yang pernah melakukan aborsi di Salemba, Jakarta Pusat.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Wanita Muda Cari Jasa Aborsi di Internet, Bayar Rp 4 Juta, Lokasi di Wilayah Salemba
keperawatanreligionmasriyah.wordpress.com
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktek aborsi ilegal sudah bukan menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat Jakarta terutama di daerah Salemba yang disebut-sebut sebagai sarang praktek ilegal ini.

Tim liputan mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai seorang wanita (DIN) yang pernah melakukan aborsi di Salemba, Jakarta Pusat.

Lantas mencoba untuk mengkonfirmasi tempat yang didatangi oleh wanita tersebut untuk melakukan aborsi namun dirinya tidak mengetahui secara persis alamat tersebut.

"Gak tahu sama sekali alamatnya soalnya waktu itu janjian di satu tempat gitu. Cuman bener itu foto gangnya, persis di sebelah Rumah Sakit St. Carolus," ujar wanita yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Wartakotalive, Kamis (30/11/2017).

Baca: Andi Narogong Beri Arloji Rp 1,3 Miliar untuk Novanto Karena Loloskan Proyek e-KTP di DPR

Dia mengaku melakukan tindakan tersebut pada bulan Agustus 2017 dan melakukan pencarian jasa aborsi ilegal lewat pencarian di internet.

"Nyari di internet gitu waktu itu trus dapet beberapa dan akhirnya ketemu yang menurut saya pas, akhirnya ya udah baru dari situ janjian sama orang di kontaknya itu," ujarnya dalam sambungan telepon.

Berita Rekomendasi

Setelah bertemu dengan calo jasa aborsi ilegal tersebut, dirinya digiring untuk menuju lokasi praktek aborsi ilegal tersebut.

"Waktu itu kan naik mobil, trus orang mereka tuh naik motor. Pas udah ketemu, saya dituntun disuruh ngikutin mereka dari belakang dan masuk ke gang itu. Gak jauh dari situ, dari luar penampakannya kayak rumah gitu," ujarnya.

DIN menjelaskan bahwa ketika tiba di tempat tersebut papan nama praktek dokter kandungan telah terpasang namun ada beberapa laki-laki berbadan besar yang menjaga di teras rumah.

"Pas masuk langsung ada receptionistnya gitu disuruh daftar gitu nama, nomer handphone sama alamat terus dimintain uang Rp 200 ribu buat pendaftaran katanya," ujar DIN.

Setelah melakukan pendaftaran, dirinya masuk ke ruang pemeriksaan untuk bertemu dengan dokter kandungan yang akan menanganinya.

"Di kartu namanya sih waktu itu dokter ya tulisannya, dia (dokter) juga pakai pakaian kayak jas dokter gitu sih," tuturnya.

Setelah dokter tersebut mengajukan beberapa pertanyaan seperti alasan melakukan aborsi, usia dan lainnya, DIN langsung di USG untuk menentukan usia kehamilannya.

"Waktu itu dibilangnya udah enam minggu dan biayanya Rp 4 juta tapi saya nego lagi jadi kalau gak salah Rp 3.6 juta, udah sama obat-obatan katanya," jelas DIN.

Setelah menyerahkan sejumlah uang yang disepakati untuk biaya aborsi tersebut, DIN langsung dibawa ke ruang tindakan yang berbeda dengan ruang praktek dokter tersebut.

"Dalemnya kayak rumah gitu, jadi ada beberapa kamar lah. Pas masuk ke ruang tindakan, ya banyak alat-alat kedokteran gitu deh," ujar DIN.

Dirinya mengaku ada dua orang yang bertindak dalam aborsitersebut, yakni dokter itu sendiri dan perawat yang melakukan USG untuk melihat letak janin tersebut.

"Prosesnya cepet cuman sejam aja. Waktu itu saya dibius total dan gak sadar, jadi setelah gak sadar baru ditindak. Bangun-bangun udah selesai dan gak ngerasa sakit apa-apa," ceritanya.

Setelah melakukan proses tersebut DIN diberikan sejumlah obat-obatan dan diterangkan tentang pantangan-pantangan yang harus dijalani selama seminggu hingga dirinya diharuskan melakukan kontrol lagi dengan dokter tersebut.

Bercerita tentang perasaannya, DIN mengaku sangat menyesal dan merasa bersalah dengan tindakannya tersebut namun dirinya merasa ini jalan terbaik yang harus dia lakukan.

"Feeling guilty sih pasti ya sampai sekarang. Tapi emang gak bisa juga hamil kalau gak ada bapaknya. Soalnya ini bukan pacar saya atau gimana, ini cuman temen dekat saya, ya friends with benefit gitu aja," tutur DIN.

DIN mengaku tidak ada dari anggota keluarganya yang mengetahui tindakannya ini dan dirinya membagi dua biaya aborsi tersebut dengan pria yang menghamilinya.

"Saya ikutin maunya dia (laki-laki yang menghamilinya) aja, yang terbaik buat saya kedepannya juga. Lagian hal-hal kayak gini di kalangan orang-orang Jakarta apalagi anak muda bukan hal yang asing kok," ujar DIN.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas