Revitalisasi Kali Besar Libatkan Arkeolog dan Arsitek
Revitalisasi Kali Besar yang diresmikan Djarot ternyata tak memiliki rekomendasi teknis dari tim sidang pemugaran dan tim ahli cagar budaya Pemprov.
Editor: Choirul Arifin
Kesimpulannya, perencana cenderung melakukan revitalisasi. Sedangkan TSP-TACB menginginkan cukup dilakukan restorasi di Kali Besar.
Perencana mengubah jalan dan kali besar menjadi taman kali besar. Itu tak sesuai dengan konsep pelestarian cagar budaya yanh dipegang teguh arkeolog TSP-TACB.
"Kami juga tak tahu mengapa nama proyeknya bisa revitalisasiKali Besar," kata Candrian.
Desain perencana yang diprotes TSP-TACB adalah terkait perubahan fungsi kali menjadi kolam, menambah jembatan baru (yang diresmikan Djarot) dan desain pembuatan jalan berkelok-kelok.
Tapi rapat penyesuaian desain antara perencana dan TSP-TACB berakhir buntu.
TSP-TACB akhirnya memilih tak memberikan rekomendasi teknis terhadap pembangunan fase 1 revitalisasi Kali Besar.
Kini TSP-TACB tak mau kecolongan lagi dalam perencanaan fase 2 (Jalan Kopi-Jembatan Kota Intan) revitalisasi Kali Besar.
Pemprov DKI lewat Asisten Pembangunan, Gamal Sinurat kini terus berusaha mendudukkan bersama TSP-TACB berisi arkeologdengan perencana (arsitek) untuk menemukan titik tengah terkait revitalisasi Kali Besar.
Revitalisasi Kali Besar merupakan proyek yang menggunakan dana KLB Sampoerna Land sebesar Rp 700 milliar.
Proyek ini direncanakan sejak 2015 oleh Ahok. Tahun 2016 mulai dilaksanakan dan sampai 2017 tak juga selesai karena arkeologvs arsitek terus beda pendapat soal revitalisasi Kali Besar.