Moeldoko bilang Drone Buatan HKTI Mampu Mengangkat Beban 20 Kilogram
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) siap memproduksi drone (pesawat tanpa awak) untuk pertanian.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) siap memproduksi drone (pesawat tanpa awak) untuk pertanian.
Dalam dua pekan ke depan prototipe pertama akan memasuki tahap uji coba. Saat ini pengerjaannya sudah mendekati final.
“Saat ini masih tahap uji coba. Selanjutnya untuk masa panen Februari-Maret sudah saya minta bisa dipublikasikan untuk umum,” ungkap Ketua Umum HKTI, Jenderal (Purn) Moeldoko, Rabu (24/1/2018).
Mantan panglima TNI ini mengatakan, drone HKTI itu nantinya juga didesain untuk dapat melakukan penyemprot pupuk, serta memiliki kamera penginderaan kondisi pertumbuhan tanaman dan penyakit/hama tanaman. Selain itu dilengkapi pula dengan teknologi frekuensi pengusir hama, terutama hama burung.
"Drone buatan HKTI tersebut nantinya mampu mengangkat beban 20 kilogram. Sedangkan durasi terbangnya bisa mencapai waktu 45 menit," jelas mantan Panglima TNI ini.
Menurut Moeldoko, produksi drone tersebut merupakan bagian dari program modernisasi pertanian yang dicanangkan HKTI.
“Pembuatan drone ini sebagai pengembangan teknologi tepat guna bagi petani, terutama untuk melengkapi kemajuan pengolahan lahan seperti traktor dan alat pasca panen lainnya,” tutur Moeldoko.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Staf Presiden (KSP) ini menambahkan, drone multiguna itu akan dipasarkan kepada petani dengan harga yang relatif terjangkau. Tahap awal, drone ini nantinya akan dilepas kepada kelompok tani dapat dibeli dengan sistem kredit.
“Harganya sudah saya minta untuk pro-petani. Harganya akan diproduksi murah, sekitar Rp 100 jutaan. Sehingga, kelompok tani mampu membelinya dengan sistem kredit. Kalau untuk anggota HKTI tentunya peran koperasi akan kita dorong mampu mengadakannya untuk kesejahteraan anggotanya,” kata Moeldoko.
Moeldoko melanjutkan, banyak fungsi bisa dilakukan drone untuk pertanian. Drone ini akan sangat bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan manusia mengawasi lahan pertanian yang luas.
“Secara umum fungsinya, antara lain, untuk pemantauan kesehatan tanaman, pengawasan pengairan, identifikasi gulma, identifikasi kesuburan tanag, aplikasi penyemprotan nutrisi atau pestisida, serta pemetaan lahan,” paparnya.
HKTI sejak tahun lalu sudah mencanangkan membuat drone pertanian. Rencana tersebut sebagai wujud terobosan dalam proses modernisasi dan inovasi pertanian yang diprogramkan HKTI. Langkah ini juga untuk menarik minat pemuda zaman sekarang untuk menekuni dan menerjuni pertanian.
“Hal-hal inovatif inilah yang akan dilakukan anak muda untuk sektor pertanian. Biarkan mereka melampiaskan kreativitasnya untuk pertanian. Nanti, mereka akan mencintai pertanian,” pungkas Moeldoko.
Sekadar informasi, drone mulai banyak diaplikasikan untuk dunia pertanian. Di luar negeri, drone digunakan terutama untuk pertanian dengan lahan skala luas. Seperti lahan gandum, jagung, dan perkebunan anggur.
Keterbatasan mata manusia untuk mengawasi hamparan luas, dapat diatasi dengan menggunakan drone berkamera yang dapat menangkap citra dari atas dan memberikan informasi penting mengenai kondisi tanaman dan lingkungan di sekitarnya.