Cinta Emah-Effendi Berakhir Tragis Lantaran Mobil Kreditan
Dari sebuah parfum, cinta Emah dan Muchtar Effendi bersemi ketika keduanya mengikut bazaar pasar malam di Tangerang.
Editor: Sanusi
Alwanto jelas kecolongan karena ada warga hidup bersama suami sirinya, tanpa memberitahukan kepadanya sebagai Ketua RT 05.
"Saya bingung, ada seseorang yang bilang kalau ada warga yang baru menikah di RT saya," kenang Alwanto kepada TribunJakarta.com di rumahnya, Selasa (13/2/2018).
Sebenarnya, Emah sudah mengenalkan suami barunya itu tapi sebatas kepada tetangga di sekitar rumahnya, tidak langsung ke Alwanto.
Setelah mendapat laporan warga, saat itu juga Alwanto meminta Emah dan Effendi datang ke rumahnya.
"Pertama datang Emah, saya langsung izin sama dia mau maki-maki suami barunya," kata Alwanto.
Emah tak keberatan dengan permintaan Alwanto, tak lama Effendi datang menyusul.
"Kamu siapa? Berani sekali kamu menikahi warga saya tanpa izin terlebih dahulu," Alwanto geram dan marah kepada Effendi.
Sebagai orang baru di lingkungan istrinya, Effendi hanya terdiam dan meminta maaf karena tak mengabarkan dirinya sebagai suami Emah kepada Ketua RT.
Selesai menerima makian Alwanto, Effendi meminta izin untuk tinggal serumah bersama Emah.
"Kalau izin terlebih dahulu, tidak akan saya maki-maki kamu," Alwanto mengulangi perkataannya.
Di mata Alwanto, Effendi sosok yang bisa dibilang pintar, menguasai berbagai macam bahasa di antaranya Arab, Palembang dan Jawa.
"Orangnya juga lumayan pintar seingat saya," kata Alwanto.
Cekcok dini hari
Setahun pernikahan mereka berjalan, rumah tangga Emah dan Effendi kerap dibumbui pertengkaran, entah siang dan malam.
Tetangga sekitar rumah tak sekali dua mendengar suara gaduh dari dalam rumah Emah, seperti orang sedang berantem.
Puncaknya, pada Senin (11/2/2018) pukul 01.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB, pertengkaran Emah dan Effendi ditingkahi suara piring pecah.
Dini hari itu, Rohayati yang sedang menemani suaminya makan usai pulang kerja, mendengar suara gaduh dari rumah Emah.
Keduanya tak terusik dan menahan diri untuk mengingatkan mereka agar diam dan tak mengganggu tetangga yang sedang tidur.
Pernah satu kali cekcok, suami Rohayati mendatangi rumah Emah tapi Effendi yang keluar dan memastikan tidak terjadi apa-apa.
"Saya enggak berani mencari tahu karena itu urusan rumah tangga orang lain," cerita Rohayati kepada TribunJakarta.com.
Rohayati mengingat jelas malam itu Emah mengucapkan, "Astagfirullah alazim, ya Allah."
Sampai pukul 04.00 WIB, suara gaduh dari rumah Emah mulai menghilang, Rohayati pun memutuskan tidur.
Karena sudah mulai tenang, saya langsung tidur lagi," ujar Rohayati.
Waktu terus berjalan, sampai Senin sore tetangga tak melihat Emah beraktivitas, sementara kendaraannya masih terparkir di garasi rumah.
Yati, tetangga lainnya, pada dini hari sempat mendengar suara orang sedang berantem dari rumah Emah.
"Kedengeran ada suara minta tolong sekitar jam tigaan," ujar Yati.
Sekira pukul 15.00 WIB, Yati berniat menanyakan uang arisan dengan mendatangi rumah Emah tapi tak terkunci dan tampak sepi.
"Saya bingung, Bu Emah tidak terlihat, padahal semua kendaraannya ada di rumah dan pagarnya pun terbuka," ucap Yati.
"Saya langsung lapor kepada ketua RT, saya enggak berani masuk," Yati menambahkan.
Tetangga lainnya, Marti, curiga yang juga mendengar keluarga ini cekcok tengah malam.
Ia mencoba mengetuk rumah Emah tapi tak satu pun penghuni meresponnya.
"Saya curiga ada apa-apa, soalnya motornya ada," ujar Marti di lokasi.
Bergegas Marti memanggil Ketua RT setempat untuk mengecek ke dalam rumah.
"Saat diperiksa ke dalam, pada kaget banyak darah. Semuanya meninggal, kecuali ayahnya masih hidup dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Sari Asih," ucap Marti.
"Posisi saat ditemukan mereka berpelukan," imbuh dia.
Ema dan kedua anaknya, Nova dan Tiara, ditemukan tewas berada di kamar depan, sedangkan Effendi bersimbah darah di kamar belakang.
"Wajah korban tertutup bantal dan selimut," kata Marti.
Mobil kredit
Sedikit demi sedikit terkuat musabab pasangan Emah dan Effendi bertengkar besar dalam tiga hari terakhir ini.
Effendi naik pitam dipicu sikap Emah yang diam-diam mengkredit mobil tanpa berbicara kepadanya.
“Jadi dia kesal, karena istrinya nyicil mobil tanpa bicara dengan pelaku,” terang Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Harry Kurniawan.
Lantaran mobil kredit tersebut, selama tiga hari Effendi dan Emah selalu ribut sampai akhirnya terjadilah pembunuhan.
Berdasar hasil autopsi petugas medis, imbuh Harry, ketiga korban tewas karena senjata tajam yang melukai leher dan perut.
Tak sampai 24 jam setelah korban ditemukan, polisi menetapkan Effendi sebagai tersangka dalam kasus ini pada Selasa sore.
Setelah menghabisi Emah, Nova dan Tiara, Effendi mencoba bunuh diri tapi tak sampai mati.
Pisau yang Effendi gunakan untuk membunuh istri dan kedua putri tirinya, polisi temukan di sebuah lemari baju di kamar belakang.
"Tersangka mengakui senjata yang dia gunakan untuk melakukan aksinya disembunyikan di lemari bajunya," imbuh Harry.
Penyidik menjerat Efendi pasal 338 yang berbunyi, "Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun,” dan Pasal 340 KUHP.
Pasal 340 KUHP berbunyi, "Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun."
Kabar terbaru, Effendi belum bisa dijenguk keluarga dan sementara masih menjalani perawatan di ruang inap tahanan Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Tewasanya Emah, Nova dan Tiara, sampai ke telinga Alwanto, bekas Ketua RT 05 yang sempat memaki Effendi di awal-awal ia tinggal serumah dengan Emah.
Alwanto tidak percaya dan penasaran ingin bertemu Effendi yang tega membunuh Emah, Nova dan Tiara.
"Kaget saya. Kok tega ya bisa membunuh keluarganya sendiri, rasanya mau saya maki-maki lagi," Alwanto kembali geram.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.