Selain Tes Kejiwaan, Pelaku Penyerangan Tokoh Agama Juga Akan Jalani Tes Darah
Dari semua laporan, Gatot heran hampir semua pelakunya orang-orang diduga memiliki gangguan kejiwaan.
Editor: Sanusi
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNNEWS.COM, KEBAYORAN BARU - Ketua Satgas Nusantara Polri Irjen Gatot Edi Pramono mengatakan pihaknya menerima banyak laporan sepanjang Februari 2018 terkait penyerangan ulama.
Dari semua laporan, Gatot heran hampir semua pelakunya orang-orang diduga memiliki gangguan kejiwaan.
"Karena hal ini kami terjun kelapangan secara langsung," ujar Gatot kepada media di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin, (5/3/2018).
Baca: Febri Dibacok Seusai Tegur 4 Pemuda yang Goda Teman Perempuannya
Satgas Nusantara akhirnya langsung turun memeriksa para saksi, dan pelaku untuk mengumpulkan bukti dalam perkara tersebut.
Meski diduga memiliki gangguan kejiwaan, Satgas Nusantara tetap melakukan tes kejiwaan terhadap pelaku dengan menerjunkan langsung satu hingga tiga dokter psikiater.
"Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah orang ini betul mengalami gangguan kejiwaan atau tidak," beber dia.
Satgas Nusantara Polri pun sampai mengetes darah para pelaku di rumah sakit dan laboratorium forensik.
Menurut dia, hal ini terbilang cukup penting daripada sekadar tes kejiwaan.
Lewat tes darah, penyidik dapat memastikan zat kimia di tubuh para pelaku tersebut.
"Meski gangguan jiwa, kita perlu tahu apakah ada zat yang dimasukan ke tubuh orang gangguan jiwa tersebut atau tidak," ujar Gatot Edi.
Masih menurut Gatot, dari 45 laporan yang masuk, 42 di antaranya hoax alias bohong.