Festival International “Panji” Bakal Digelar di Empat Kota Besar
rof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, mengharapkan Pemerintah memberi perhatian dan pembinaan yang memadai terhadap seni budaya berbasis tradisi, khusus
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, mengharapkan Pemerintah memberi perhatian dan pembinaan yang memadai terhadap seni budaya berbasis tradisi, khususnya karya sastra ‘Cerita Panji’.
“Sastra dan budaya Panji merupakan local genius nenek moyang kita yang sudah ada sekitar abad ke-14. Lebih dari 600 tahun lalu,” ujar Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, kepada Wartawan, usai rapat persiapan ‘Festival Budaya Panji Internasional’, di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Senayan Jakarta, Kamis (29/03/2018).
Hadir dalam rapat tersebut, Wardat MY (Kepala Seksi Seni Pertunjukan Tradisi Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Aji Damais (Pemerhati Budaya), dan Undung Wiyono (Staf Seksi Seni Pertunjukan Tradisi Direktorat Kesenian Kemendikbud).
Wardiman, mendorong perlunya eksplorasi terhadap ‘Cerita Panji’, yang dapat menjadi alternatif cerita wayang. “Selama ini lakon-lakon wayang justru lebih didominasi cerita impor dari India, berupa Mahabarata dan Ramayana,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan IV ini.
Wardiman juga mengharapkan, agar kalangan pendidik dapat menjadikan ‘Cerita Panji’ sebagai bahan baku ajar. Termasuk para pelaku industri kreatif diharapkan dapat mengeksplorasi ‘Cerita Panji’ dalam berbagai bentuk karya kreatif.
“Bisa dalam bentuk penulisan novel, seni rupa, grafis, komik, seni patung dan pahat, acara televisi, film, cenderamata, sebagai upaya conter culture terhadap budaya impor. Setidaknya menjadi penyeimbang,” jelasnya.
Dalam rangka menggairahkan kembali cerita rakyat berbasis tradisi ini, khususnya ‘Cerita Panji,’ akan digelar ‘Festival International Panji (Inao) Indonesia 2018’. Gelar budaya ini akan dilaksanakan di empat kota besar, Denpasar 27-28 Juni 2018, Surabaya 2-3 Juli 2018, Yogyakarta, 6-7 Juli 2018, dan di Jakarta 10-11 Juli 2018.
“Panji tidak saja sastra, tetapi berkembang menjadi seni pertunjukan, antara lain; tarian, pentas wayang, topeng, dan seni kreatif lainnya. Di Jawa Timur budaya Panji diabadikan di sejumlah relief candi, dan situs-situs budaya lainnya,” kata Wardiman.
Berbagai potensi inilah yang akan ditampilkan dalam semangat festival. Tujuan program ini membangkitkan kembali sastra dan budaya Panji, melestarikan dan merayakan warisan bersama Panji (Inao) Asia Tenggara.
“Seminar internasional akan diadakan di Jakarta. Sanggar tari dari enam Negara Asia Tenggara, akan kita undang ke Denpasar, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta, untuk bersama-sama menggelar seni tari Panji. Digelar juga pameran benda-benda sejarah Panji, seperti naskah kuno, lukisan, topeng, dan benda sejarah lainnya,” terang Wardiman.
Menurut Wardiman, banyak orang tidak tahu bahwa ‘Cerita Panji’, adalah karya sastra dan budaya Indonesia, yang pengaruhnya hingga ke luar negeri. ‘Cerita Panji’ memiliki banyak versi, dan telah menyebar ke seluruh jazirah Nusantara; Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina.
Cerita “Panji”, adalah kumpulan cerita masa Jawa periode klasik, tepatnya dari era Kerajaan Kediri. Isinya mengenai kepahlawanan dan cinta, terkait dengan tokoh utamanya, Raden Inu Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana).
Beberapa cerita rakyat seperti ‘Keong Mas’, ‘Ande-ande Lumut, dan ‘Golek Kencana’ juga merupakan turunan dari cerita ini