Pesan Mbok Jamu Cantik di Hari Kartini "Ibu-ibu Jangan Pantang Menyerah"
Selama empat jam ia menggendong botol-botol kaca berisi jamu untuk dijajakan kepada penjual ataupun pembeli di pasar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Irna (30) asal Wonogiri sudah 10 tahun berjualan jamu gendong di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur.
Ia berkeliling mulai pukul 05.00 hingga 09.00 WIB.
Selama empat jam ia menggendong botol-botol kaca berisi jamu untuk dijajakan kepada penjual ataupun pembeli di pasar.
Ia bercerita diajari meracik jamu oleh mertuanya setelah menikah 2007 lalu di kampung.
Mulai dari memilih bahan-bahan yang bagus hingga pembuatan.
"Waktu itu tinggal sama mertua, terus diajarin bikin jamu dan memilih bahan-bahannya," ujar Irna di Taman Mini, Jakarta Timur, Sabtu (21/4/2018).
Baca: Catatan Kecil Menteri Retno untuk Perempuan Indonesia di Hari Kartini
Awal 2008, Irna bersama suami merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, mereka tinggal di Condet Jakarta Timur.
Ia pun berpikir untuk menjual jamu racikannya kepada tetangga sekitar dan mendapat respon yang baik sehingga berani menjualnya keliling pasar Kramat Jati.
"Awalnya saya jual ke tetangga, ternyata banyak yang pesan dan pada bilang coba jual di pasar, eh syukur bisa sampai sekarang," ucapnya.
Pelanggan Irna mayoritas adalah penjual daging dan sayur, penjaga keamanan, tukang Ojek Pangkalan (Opang) sampai Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU).
"Langgananku banyak, udah kayak fans aja mereka. Aku baru sampai pasar sudah dipanggil-panggil, Alhamdulillah jadi cepat habis jamunya," ujar Irna.
Hasil berjualan jamu ia pakai untuk membantu perekonomian keluarga dan membayar sekolah anaknya yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
"Suami kadang-kadang kerja, kadang-kadang enggak. Cuma kalau ada panggilan aja untuk benerin air sumur, atau bantu renovasi rumah," katanya.