Kaum Difabel Layani Pijat Gratis bagi Pemudik Motor di Jalan Raya Sukamandi Subang
Meski mereka adalah kaum difabel, pijatan mereka tetap "mantap" bagi para pemudik. Rata-rata dalam satu hari, mereka melayani 10 hingga 15 pemudik.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Dewi Agustina
![Kaum Difabel Layani Pijat Gratis bagi Pemudik Motor di Jalan Raya Sukamandi Subang](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/difabel-pijat-gratis-di-subang_20180623_090347.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Anuar dan Aris, dua sahabat asal Bandung, Jawa Barat ini ditugaskan di pos terpadu tempat istirahat pemudik motor atau check point di Balai Diklat Aparatur Perikanan dan Kelautan, Jalan Raya Sukamandi Kecamatan Patok Besi, Subang, Jawa Barat.
Keduanya setia duduk di tenda menunggu para pemudik motor yang menggunakan jasanya untuk pijat refleksi demi melepas lelah selama berkendara berjam-jam dari kampung halaman ke tempat tujuannya masing-masing.
Meski mereka adalah kaum difabel, pijatan mereka tetap "mantap" bagi para pemudik. Rata-rata dalam satu hari, mereka melayani 10 hingga 15 pemudik.
Baca: Abdul dan Cesar Rela Menabung Rp 20 Juta Demi Nonton Langsung Piala Dunia
Khusus di pagi dan sore hari, banyak pemudik yang rela antre demi mendapat pijatan dari keduanya, terlebih pijatan didapatkan secara cuma-cuma atau gratis.
![Difabel Pijat Gratis di Subang_1](http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/difabel-pijat-gratis-di-subang_1_20180623_090255.jpg)
Ditemui di sela-sela waktu istirahat, Jumat (22/6/2018) siang kemarin selepas salat Jumat, Anuar mengaku bertugas di pos terpadu selama delapan hari, mulai 16 hingga 23 Juni 2018, sejak pukul 08.00-18.00 WIB.
Turut membantu kelancaran bagi para pemudik menjadi pengalaman pertama dan punya cerita tersendiri.
Anuar, bapak dua anak ini mengaku senang dilibatkan oleh Jasa Raharja dan Polri.
Baca: Warga Sempat Melihat Terduga Teroris Terkapar Bersimbah Darah di Depan Kiosnya
"Saya disini dikontrak oleh Jasa Raharja dan Polri. Senang bisa gabung karena kami bisa dengar cerita-cerita dari para pemudik. Kalau tahun depan tetap ada, kami berharap diikutkan lagi," ucap Anuar.
Aris mengatakan sehari-harinya mereka bekerja sebagai tukang pijat refleksi via aplikasi. Pijatan mereka pun bukan "abal-abal".
Aris menceritakan mereka adalah lulusan dari pelatihan di Departemen Sosial di wilayah Bandung selama tiga tahun.
Selama mendapatkan pelatihan, mereka tinggal di asrama bersama ratusan siswa lainnya per angkatan.
Lantas apa suka duka selama bertugas di pos terpadu? Aris menjawab dia sangat menikmati dan menurutnya ini sama dengan ibadah, membantu sesama.
"Yah dinikmati saja. Awalnya pemudik takut kalau bayar tapi kami jelaskan ini gratis. Ada juga dari mereka yang memberikan uang, yah itu rezeki," tambah Aris.