Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Muara Angke Menyambung Hidup dari Usaha Kerang Hijau

"Dibanding dengan sentra ikan asin di depan, di sini memang lebih becek dan baunya lebih amis," kata Tandi

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Warga Muara Angke Menyambung Hidup dari Usaha Kerang Hijau
KONTAN/ELISABETH AVENTA
Warga nelayan mengolah kerang hijau di kawasan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara 

Laporan Reporter Kontan, Elisabeth Adventa 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kawasan Muara Angke di Penjaringan, Jakarta Utara, selama ini dikenal sebagai sentra pengolahan hasil laut di DKI Jakarta.

Di Muara Angke, tak hanya hasil tangkapan ikan yang diolah menjadi ikan asin dan ikan asap. Di sini, juga ada sentra pengolahan kerang hijau.

Lokasi pengolahan kerang hijau terletak di bagian dalam kawasan industri pengolahan ikan Muara Angke.

Jangan bayangkan jika akses jalan menuju sentra pengolahan kerang hijau sama seperti bagian depan sentra, mulus dan tergolong bersih.

Anda harus melalui genangan air dan jalan becek menuju pengolahan kerang hijau ini.

"Dibanding dengan sentra ikan asin di depan, di sini memang lebih becek dan baunya lebih amis," kata Tandi, salah satu pemilik usaha pengolahan kerang hijau di Muara Angke.

Berita Rekomendasi

Menurut Tandi, sentra pengolahan kerang hijau sudah ada sejak tahun 1990 dan merupakan sentra kerang hijau yang pertama di Jakarta.

Baca: Analis Pasar Uang: Ada Potensi Rupiah Makin Melemah, Bisa Mendekati 14.500/USD

Tandi sudah 12 tahun menggeluti bisnis pengolahan kerang hijau.

"Kerang hijau paling awal diolah di sini, baru setelah itu merembet ke daerah Cilincing. Di Muara Angke ada ratusan orang yang punya usaha pengolahan kerang hijau seperti saya," kata Tandi.

Tandi mengatakan, satu pengolahan kerang hijau di Muara Angke memiliki 15-25 pekerja. 

Mereka dibagi menjadi empat bagian, yakni merebus, mengupas, menangkap kerang, dan membawa kerang ke tempat pelelangan.

Baca: Sri Mulyani Singgung Pancasila dalam Negosiasi Pemerintah dengan Freeport

Tandi mengatakan, kerang hasil tangkapan akan direbus terlebih dulu, baru dikupas, kemudian dicuci bersih, setelah siap baru dijual ke tempat pelelangan Muara Angke.

"Saya jual di pelelangan biasanya per kilogram. Kalau harga sekarang per kilogram sekitar Rp 20.000 karena barangnya lagi banyak," katanya.

Proses pengupasan kerang hijau biasanya mulai pukul 09.00 WIB dan berakhir menjelang pukul 18.00 WIB.

"Ini selesainya tergantung pasokan, kalau pasokan lagi banyak banget, bisa selesai pukul 19.00 WIB. Kalau sedikit, biasanya pukul 17.00 WIB sudah selesai," kata Darmini, salah satu pengupas kerang sambil mengupas tumpukan kerang hijau di tangannya.

Sudah lebih dari lima tahun, Darmini menjalani profesi sebagai pengupas kerang.

Upah yang ia peroleh dari mengupas kerang sebesar Rp 30.000 per satu drum ukuran kecil.

Jika sedang banyak pasokan, wanita asal Indramayu ini bisa mengupas empat hingga enam drum ukuran kecil.

Sedangkan jika sedang sepi pasokan, dirinya hanya bisa mendapat satu hingga dua drum ukuran kecil saja.

"Upah yang ngupas ini dibayar harian per satu drum ukuran kecil itu. Jadi begitu selesai mengupas, langsung minta upah ke bosnya," kata Darmini sambil tertawa.

Darmini mengatakan, jika sedang sepi tangkapan, dirinya dan para pengupas kerang lain hanya bisa mendapatkan upah Rp 15.000 - Rp 30.000 per hari.

"Kalau lagi sepi, biasanya dijatah sama bosnya, biar semua kebagian," kata Darmini sambil tertawa.

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas