Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sambut Tahun Baru 1 Muharram, Warga Warakas Gelar Pawai Obor dengan Lightstick

Mereka memiliki alasan khusus mengapa sebagian di antara peserta pawai obor menggunakan lightstick, bukan obor.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sambut Tahun Baru 1 Muharram, Warga Warakas Gelar Pawai Obor dengan Lightstick
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
ILUSTRASI - Pawai obor anak-anak dan remaja menyambut datangnya Tahun Baru Islam. 

Laporan Reporter Warta Kota, Junianto Hamonangan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440H. sejumlah warga di DKI Jakarta melakukan perayaan dengan menggelar pawai obor. 

Seperti dilakukan warga Warakas di Tanjung Priok, Jakarta. Mereka menggelar pawai obor melintasi Jalan Warakas 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (10/9/2018) malam.

Pawai obor kali ini sedikit berbeda karena menghadirkan lightstick layaknya penonton di konser artis K-Pop. Lightstick ini dibawa anak anak yang ikut berpawai.

Ketua Yayasan Miftahul Qolbu XXI Jakarta Utara Ismail menjelaskan, mereka memiliki alasan khusus mengapa sebagian di antara peserta pawai obor menggunakan lightstick, bukan obor.

Aspek keamanan menjadi kunci utama agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan.

Baca: Nikita Mirzani Absen di Sidang Mediasi Cerai, Ada Apa?

“Jika menggunakan obor riskan sekali. Soalnya, peserta pawai kan mayoritas anak kecil. Kita tidak ingin ada yang terbakar atau timbulnya masalah lain,” katanya di sela-sela pawai, Senin (10/9/2018) malam.

Berita Rekomendasi

Menurut Ismail, para peserta pawai obor yang mayoritas siswa yayasan menempuh jarak sekitar 3 kilometer. Sementara rute yang dipilih panitia, diatur sedemikian rupa agar hanya melewati perumahan warga dan tidak memasuki jalan raya.

Baca: Layani Peminat Laminating Bodi Mobil, Scuto Ekspansi Outlet di Tegal

“Kita estafet ada 4 masjid digabung. Rutenya melingkari wilayah RW 08, nanti keluar gang 22, keluar lagi di Warakas 4, Warakas 8, sampai Warakas 1 balik lagi,” kata Ismail.

Ismail menambahkan pihaknya merasa bangga dengan perubahan positif masyarakat Warakas yang sebelumnya sangat erat kaitannya dengan kriminalitas.

Apalagi bahasa dan tutur kata yang digunakan acap kali terdengar istilah kasar.

“Dulunya bahasa binatang, anak-anak suka bahasa ghoib. Sekarang bahasa yang dipakai shalawat dan sangat santun,” katanya.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas