Kisah Nenek Ayu, 65 Tahun Jualan Jamu Gendong di Jakarta
Walau wajahnya yang telah menua, nenek Ayu tetap memberikan senyuman kepada para calon pembelinya.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di usianya yang sepuh, Ayu (75) masih kuat menjajakan jamu gendong berkeliling di Grogol Selatan, Kebayoran Lama hingga ke Senayan di dekat Ratu Plaza.
Walau wajahnya yang telah menua, nenek Ayu tetap memberikan senyuman kepada para calon pembelinya.
Matanya terlihat sayu, tubuhnya terbilang kurus.
"Saya berjalan dari rumah dua kali jajakan jamu. Jam 7 sudah ada di dekat Ratu Plaza, kemudian jam 11 pulang. Lanjut lagi jam 3 sore sampai malam ini," kata perempuan asal Wonogiri, Jawa Tengah itu kepada TribunJakarta.com, Kamis (27/9/2018).
Baca: Setelah 30 Tahun, Kakek dan Nenek ini Bisa Punya Sertifikat Gratis dari Pemerintah
Ia mengaku bekerja menjadi seorang tukang jamu sudah puluhan tahun lamanya.
Bahkan, Ayu sudah berjualan saat wilayah Senayan masih banyak sawah di sekitarnya.
"Saya sudah 65 tahun menjadi seorang tukang jamu. Awalnya di Jawa Barat kemudian pindah ke Jakarta karena menikah di sini," katanya.
Kini suaminya telah berhenti bekerja lantaran mengalami sakit.
Anak-anaknya sudah ada yang telah memiliki keluarga sendiri.
"Anak saya yang dua belum menikah tinggalnya masih sama saya, saya juga punya 7 cucu yang acapkali harus saya hidupi juga. Bisa dibilang saya tulang punggung keluarga," ungkapnya.
Menjajal jalanan berkeliling jualan jamu tak melulu mendapatkan untung.
Ayu kerapkali mengelus dada lantaran merugi.
"Pasti saya suka merugi karena enggak semua orang kan suka jamu. Penghasilannya enggak menentu. Modalnya kan cukup banyak juga untuk beli ramuan kita. Dinikmati aja, sering rugi apalagi musim hujan," bebernya.
Ia kemudian memutuskan melanjutkan perjalanan hendak pulang.
"Saya harus pulang sudah malam dan mau hujan kayaknya, besok saya kerja lagi seperti ini menggendong jamu," ungkapnya seraya undur diri.