Siswi SD yang Dihukum Push Up karena Belum Bayar SPP Kini Pindah Sekolah
"Tadi pagi saya sudah ke sekolah sama istri juga, di sana ketemu sama kepala sekolah."
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Warta Kota, Gopis Simatupang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - orangtua GNS (10) siswi kelas IV SDIT Bina Mujtama, Bojonggede, Kabupaten Bogor, yang dikabarkan menjalani hukuman push-up sebanyak 100 kali dari sekolahnya akibat belum membayar iuran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), Senin (28/1/2019), kini pindah sekolah.
Dayat (47), ayah GNS, bekerja sebagai karyawan pabrik di Jalan Raya Bogor, tak jauh dari rumahnya. Sementara ibunya tidak bekerja alias ibu rumah tangga. GNS memiliki dua kakak laki-laki yang usianya terpaut cukup jauh.
Saat ditemui di rumahnya, Dayat tidak mau berbicara banyak tentang peristiwa viral yang dialami anaknya itu. Dia takut salah ngomong. Yang jelas, katanya, masalah itu sudah diselesaikan di SDIT Bina Mujtama, Selasa pagi.
"Tadi pagi saya sudah ke sekolah sama istri juga, di sana ketemu sama kepala sekolah. Ada dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan polisi juga," ujar Dayat kepada Warta Kota.
Namun, Dayat mengakui, saat ini dia memang tengah mencari sekolah lain sebagai tempat putrinya menimba ilmu. Dia memutuskan mengeluarkan anaknya itu dari SDIT Bina Mujtama. Namun, dia membantah keluarnya GNS dari sekolah akibat peristiwa viral itu. Sudah lebih dari sepekan, anaknya belum lagi kembali ke sekolah.
"Bukan karena itu (trauma dihukum push-up). Memang lagi mau pindah sekolah juga," kilahnya.
Dikatakan Dayat, peristiwa yang viral itu sebenarnya sudah terjadi lebih dari sepekan lalu. Dia membantah anaknya dihukum push-up 100 kali. Menurutnya, GNS hanya push-up 10 kali.
Saat itu, dia juga tidak mempermasalahkan hukuman push-up itu karena ada pula anak lain yang dapat hukuman serupa karena telat bayar SPP. Makanya, Dayat kaget mengapa masalah itu baru muncul dan sampai viral.
Baca: Waspada Demam Berdarah, Sudah Ditemukan 37 Kasus di Jakarta Utara
"Saya kemarin sebenarnya enggak tahu apa-apa, karena saya kan kerja. Nah, pulang kerja, tahu-tahu rame di rumah karena katanya anak saya dihukum push-up," bilang Dayat.
Setelah itu, Dayat ogah berbicara lagi. Dia juga tak menjawab ketika berusaha dikonfirmasi soal telatnya pembayaran SPP. Dia pamit masuk ke dalam rumah dan menyudahi obrolan. "Sudah ya, takut salah lagi. Saya mau salat," kata dia.
Baca: Tak Ingin Malaysia Jatuh Miskin, Alasan Mahathir Batalkan Proyek Kereta Cepat dari Pinjaman China
Hukuman push-up yang dialami GNS ini merupakan yang kedua kalinya dia terima karena masalah yang sama.
Namun, setelah peristiwa terakhir, GNS tidak mau lagi kembali ke sekolah karena takut kembali dihukum push-up. Saat ini, orangtua GNS sedang mencari sekolah lain untuk gadis malang itu.
Dilihat dari kediamannya, keluarga GNS tampaknya bukan orang yang teramat susah dalam hal ekonomi.
Meski berada di pemukiman padat dan hanya memiliki akses masuk berupa gang sempit, rumah orangtua GNS di Kampung Sidamukti, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, itu cukup besar dan berlantai dua. Di dalam rumah tampak terparkir sebuah sepeda motor.