Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Memprihatinkan, Ratusan Napi di Bekasi Positif Menderita HIV/AIDS

Mereka terkena virus yang mematikan itu lewat penggunaan jarum suntik berisi narkotika secara bergantian hingga perilaku seks bebas.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Memprihatinkan, Ratusan Napi di Bekasi Positif Menderita HIV/AIDS
Serambi Indonesia
Petugas Kesehatan Puskesmas Padang Tiji, Pidie di Jalan Negara kawasan Padang Tiji membagikan brosur bagi pengendara dalam rangka Hari HIV/AIDS Sedunia 

Laporan Reporter Warta Kota, Fitriyandi Al Fajri

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Sebanyak 155 narapidana di Bekasi berkategori orang dengan HIV/AIDS (ODHA) hingga Desember 2018.

Mereka terkena virus yang mematikan itu lewat penggunaan jarum suntik berisi narkotika secara bergantian hingga perilaku seks bebas. Ketua Jaringan Indonesia Positif, Festika Rosani mengatakan, mereka terkena virus itu sebelum masuk ke sel tahanan.

Saat memasuki lembaga pemasyarakatan (lapas), kesehatan mereka diperiksa dan dinyatakan menderita HIV/AIDS. "Saat dinyatakan menderita HIV/AIDS, mereka langsung mendapat pendampingan khusus untuk diberikan konseling selama menjalani masa tahanan," kata Festika pada Rabu (27/2).

Dia mengatakan, pendampingan diberikan agar mereka semangat dalam menjalani kesehariannya, sekaligus diberikan pemahaman supaya virus tidak berkembang ke tahanan lain.

Dari 155 ODHA itu, tercatat sudah 115 orang yang menjalani antiretroviral (ARV), sedangkan 40 orang lagi belum menjalani pengobatan itu. "ARV merupakan pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV," jelasnya.

Saat ini, kata dia, lokasi pengobatan untuk para penderita ODHA sudah tersebar di Kota dan Kabupaten Bekasi.

Berita Rekomendasi

Untuk di Kota Bekasi saja sudah ada tiga klinik yang melayani pengobatan pengidap HIV. Diantaranya RSUD Kota Bekasi, RS Elisabeth, dan RS Ananda.

"Mereka bisa berobat di tiga rumah sakit tersebut. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih banyak klinik lagi dibuka," ujarnya.

Dia berharap, pada tahun 2030 mendatang kasus HIV dan AIDS bisa hilang. Paling tidak, angka kematian yang disebabkan virus tersebut sudah tidak ditemukan lagi.

Hal itu dilakukannya dengan cara pendampingan kepada seluruh penderita ODHA.

Baca: Pria yang Tewas Gantung Diri di Cipayung Jakarta Timur Pernah Lakukan Percobaan Bunuh Diri

"Target kita sampai 2030 Indonesia bebas HIV, tidak ada penularan dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap penderita HIV-AIDS. Mereka adalah saudara-saudara kita yang harus selalu kita dukung karena kebanyakan dari mereka itu tidak mengetahui terinfeksi virus tersebut," ujarnya.

Kepala Bidang Perawatan RSUD Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi, Sudirman mengatakan, penderita ODHA yang berkunjung untuk berobat di rumah sakit milik pemerintah daerah mencapai 750 setiap bulan.

Biasanya mereka akan mendapatkan obat secara gratis, namun untuk biaya konsultasi kebanyakan dibayar secara terpisah.

Hingga kini, RSUD sudah menempatkan dokter khusus yang sudah terlatih dalam penanganan penderita ODHA, sehingga jumlah kunjungan yang datangpun sudah cukup besar.

"Ada saja pasien yang menjalani konseling di klinik RSUD, karena selain memberikan obat kami juga menyediakan layanan konseling bagi pasien," ungkapnya.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas