Imbas Pembangunan Tol Becakayu, Tradisi Salat Id Warga 2 RW Cipinang Besar Utara akan Jadi Kenangan
Sluruh memori beribadah di Jalan Basuki Rachmat dan JPO benar-benar berubah jadi kenangan semata karena warga RW 02 terdampak pembangunan Jalan Tol
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak tahun 1997 warga RW 01 dan RW 02 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara rutin ibadah Salat Id dan Salat Idul Adha di Jalan Basuki Rachmat, Jakarta Timur.
Meski mereka harus menutup dan membersihkan berbagai macam sampah di Jalan Basuki Rachmat tradisi tersebut terus bertahan hingga sekarang.
Ponco (31), satu pengurus Musala Miftahul Jannah tradisi lahir ketika jumlah penduduk warga RW 01 dan RW 02 membeludak sementara daya tampung Masjid tak mencukupi.
Pun dengan keberadaan lapangan terbuka di wilayah Kelurahan Cipinang Besar Utara yang beken karena keberadaan Pasar Gembrong.
"Setiap RW sebenarnya ada Masjid, tapi karena warga makin banyak jadi enggak muat. Dulu orangtua kita pada berembuk, akhirnya ditentukan salat di jalan. Ya bertahan sampai sekarang," kata Ponco di Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (5/6/2019).
Baca: Panduan Salat Idul Fitri 2019, Simak 7 Hal Penting Ini
Sebelum menggelar Salat Id dan Idul Adha di Jalan Basuki Rachmat, sejumlah warga RW 02 bahkan menunaikan Salat Id di Musala Miftahul Jannah.
Namun, jangankan menampung jemaat Salat Id, kapasitas Musala Miftahul Jannah tidak cukup menampung jemaat Salat Tarawih.
Imbasnya sejumlah pemuda warga RW 02 sejak puluhan tahun lalu terpaksa menunaikan Salat Tarawih di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) depan Musala.
"Dulunya Salat Id pernah di Musala juga, memang enggak muat sih. Jemaat sampai ke gang, tapi di Masjid At Taqwa juga enggak muat untuk Salat Id atau Idul Adha," ujarnya.
Wendi (40), warga RW 02 lain menyebut warga Kelurahan Cipinang Besar Utara menggelar Salat Id dan Salat Idul Adha di Jalan Basuki Rachmat sebagai bentuk spontanitas.
Baca: Keluarga Minta Ahmad Dhani Dipindah ke Rutan Cipinang
Pasalnya, lajur lambat Jalan Basuki Rachmat yang digunakan warga jadi tempat beribadah baru rampung dibangun sekira tahun 1995.
"Waktu awal warga Salat di jalan, Jalan Basuki Rachmat ini belum sepenuhnya jadi. Karena yang duluan dibangun lajur lambat ini ya kita pakai buat salat," tutur Wendi.
Pria yang sejak lahir tinggal di RW 02 ini mengaku memiliki banyak kenangan selama menjalani kewajibannya sebagai umat Islam di wilayah Cipinang Besar Utara.
Satu di antaranya menunaikan Salat Tarawih di JPO bersama pemuda warga RW 02 lain yang tak kebagian tempat di Musala Miftahul Jannah.
"Saya juga pernah Salat Tarawih di JPO, tapi dulu pas masih muda, masih remaja lah. Banyak kenangan di sini, kalau warga sini nyebut Jalan Basuki Rachmat itu Jalan Baru," lanjut dia.
Baca: Niat Salat Idul Fitri dan 6 Sunnah Nabi Muhammad yang Dapat Dilakukan Sebelum Salat
Kini, seluruh memori beribadah di Jalan Basuki Rachmat dan JPO benar-benar berubah jadi kenangan semata karena warga RW 02 terdampak pembangunan Jalan Tol Becakayu.
Pun belum seluruh warga yang terdiri dari 12 RT menerima uang ganti rugi, kemungkinan besar di bulan Ramadan mendatang mereka sudah tak berstatus sebagai warga Cipinang Besar Utara.
"Tanggal 20 Juni nanti warga mau ketemu lagi sama pihak Waskita di kantor kelurahan. Mau bahas uang ganti rugi, karena belum semuanya dapat," ucap dia.
Semangat Persiapkan Salat Id
Pemandangan ribuan warga umat Islam Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara yang menggelar Salat Id di Jalan Basuki Rachmat bakal segera lenyap.
Pasalnya sekitar 2 ribu warga RW 01 dan RW 02 terdampak pembangunan Jalan Tol Becakayu.
Sehingga dalam waktu dekat diperkirakan harus angkat kaki dari rumahnya.
Namun rencana pengusuran yang belum beres itu tak menyurutkan niat warga menggelar tradisi Salat Id berjamaah di Jalan Basuki Rachmat yang sudah berlangsung dari sekira tahun 1997.
Ponco (32), satu pengurus Musala Miftahul Jannah mengatakan warga tetap semangat meski dihantui rasa gelisah rumahnya segera dilindas alat berat.
"Tetap semangat, ini kan kewajiban kita sebagai umat Islam. Walaupun ibaratnya ini Salat Id terakhir sebagai warga RW 02 tapi kewajiban tetap harus dijalankan," kata Ponco di Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (5/6/2019).
Sejak pukul 00.00 WIB, Ponco bersama sekitar 20 pemuda yang rumahnya ikut digusur gotong-royong membersihkan lajur lambat Jalan Basuki Rachmat.
Meski beribadah di atas aspal, mereka sadar kebersihan diri saat bersyukur kepada Allah SWT merupakan satu syarat agar ibadah diterima.
"Dari jam 12 kita mulai tutup jalan untuk bersih-bersih, biar nanti enggak kotor. Memang sudah biasa bersih-bersih jalan sebelum paginya Salat Id," ujarnya.
Tak lupa mereka juga melakukan takbir semalam suntuk lewat pengeras suara yang juga digunakan saat menunaikan ibadah Salat Idnanti.
Pun harus terjaga semalaman dan dihantui pengusuran yang belum pasti kapan beres, pemuda muslim warga RW 01 dan RW 02 tetap semangat.
"Anak-anak muda sini yang bersih-bersih, tapi yang tua juga ikut bantu. Ini kan demi semuanya, biar pas Salat Id nanti nyaman. Kalau masalah kena gusur sih ya ingat, tapi mau bagaimana," tuturnya.
Wendi (40), warga yang rumahnya ikut terdampak pengusuran mengaku tetap semangat mempersiapkan segala hal terkait pelaksanaan Salat Id.
Seperti Ponco, dia mengibaratkan Salat Id tahun ini merupakan yang terakhir kalinya sebagai warga RW 02 Kelurahan Cipinang Besar Utara.
"Sedih karena rumah kena gusur, tapi mau bagaimana. Kalau kita sedih terus nanti ibadah enggak khusyuk. Sedihnya karena dari dulu sudah setiap Salat Id dan Salat Idul Adha selalu di jalan," ucap Wendi.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, hingga pukul 04.35 WIB warga tetap semangat membersihkan Jalan Basuki Rachmat yang setiap harinya dilintasi ribuan kendaraan.
Terpal dan karpet sebagai alas bersujud menghadap Tuhan dan mimbar bagi Khatib menyampaikan ceramah pun sudah dipersiapkan dengan apik.
Dua speaker besar, tujuh speaker ukuran kecil, dan sejumlah toa juga sudah bercokol rapih memandu ribuan jemaat yang hadir.