Politikus Gerindra: Kalau Untung, Tak Masalah Pemprov DKI Gandeng Swasta Kelola TPST Bantargebang
Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta Syarif menyebut tidak ada yang salah untuk melibatkan swasta dalam pengelolaan TPST Bantargebang
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta Syarif menyebut tidak ada yang salah untuk melibatkan swasta dalam pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
Apalagi kalau skema pelibatan itu lebih menguntungkan Pemprov DKI dari sisi ekonomi.
"Kalau dihitung secara ekonomi lebih menguntungkan dengan swasta, kenapa tidak?" kata Syarif kepada wartawan, Kamis (26/12/2019).
Baca: Jauh-jauh Ke Jawa Barat, Nikita Mirzani Komentari Kondisi Kediaman Pasha Ungu: Ya Allah Rumahnya!
Alasannya, jika TPST Bantargebang dikelola perusahaan swasta, Pemprov DKI tak perlu menggelontorkan dana untuk mengurusi sampah-sampah tersebut.
Mengingat setiap tahunnya Pemprov DKI harus mengeluarkan dana Rp 300 miliar hanya untuk mengelola sampah TPST Bantargebang.
"Di Bantargebang, saya tidak tahu persis (anggaran tiap tahun). Tapi yang pasti di atas Rp300 miliar," ungkap politikus Gerindra ini.
Baca: Pemuda di Bandung Barat Aniaya dan Tikam Sepupunya Hingga Tewas, Pemicunya Sepele
Meski begitu pelibatan pihak swasta harus melewati kajian matang.
Alasannya, berkaca dari pengalaman terdahulu kawasan TPST Bantargebang pernah diberikan pengelolaan ke pihak swasta.
Tapi hasilnya tidak sesuai dengan penawaran janji awal.
"Kalau nggak ada kajian, hitung-hitungannya bagaimana? Harus lebih baik dari yang sekarang. Artinya jangan diulang lagi kesalahan yang sama," ungkap Syarif.
Baca: Praktik Bisnis Kawin Kontrak di Puncak Bogor Terbongkar, Ijab Kabul Cuma 5 Menit dan Tanpa Penghulu
Sebagaimana diketahui, Pemprov DKI telah menerima pemaparan PT Multi Energi Terbarukan (PT MET) soal ide pengelolaan tumpukan sampah di TPST Bantargebang.
Dengan memanfaatkan teknik thermochemical melalui quasi pyrolysis, MET mampu mengolah sampah seluas 110 hektare dan mengubahnya jadi energi listrik.
Mulanya sampah-sampah dipilah untuk memisahkan mana bahan yang bisa diubah jadi listrik dan mana yang tidak.
Kemudian sampah diproses thermal, dimana energi panas dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin hingga energi listrik dihasilkan.