Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kenapa Banjir di Bekasi Paling Parah? Ini Kata BNPB

Jika dibandingkan dengan di ibu kota, jumlah pengungsi di Jakarta hanya sekitar 20 ribu saja.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kenapa Banjir di Bekasi Paling Parah? Ini Kata BNPB
Tribunnews/JEPRIMA
Sejumlah warga nekat melewati banjir yang merendam Jalan Kartini, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/1/2020). Arus lalu lintas di jalan tersebut lumpuh total, pemukiman warga, toko, hingga rumah sakit terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa serta kendaraan yang tidak sempat dievakuasi juga nampak terendam banjir hingga menutup seluruh badan mobil. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bencana banjir yang melanda kota Bekasi, Jawa Barat menjadi paling terparah dibandingkan kota di Jabodetabek lainnya. Pasalnya, pengungsi di kota tersebut hingga mencapai 149 ribu jiwa.

Jika dibandingkan dengan di ibu kota, jumlah pengungsi di Jakarta hanya sekitar 20 ribu saja.

Kepala Pusat Data Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo membeberkan alasan kenapa Bekasi menjadi kota paling parah terdampak banjir.

Baca: Ungkap Usaha Atasi Banjir Jakarta Sudah Ada dari Dulu, Basuki Hadimuljono: Masterplan sejak 1873

"Jadi waktu tanggal 1 itu, saya dan hampir semua orang itu melototi Katulampa. Kita lihat itu siaga 2 siaga 3 siaga 4 dan tidak pernah siaga 1 itu Katulampa. Dan orang berpikir itu tidak ada banjir dan ternyata banjirnya itu ada di sebelah timur Jakarta. Ada di kota Bekasi," kata Agus di Gudang BNPB, Pondok Gede, Jawa Barat, Sabtu (4/1/2020).

Selain itu, menurutnya, sistem early warning yang dimiliki di Jabodetabek hanya ada di Katulampa. Di antaranya aliran yang mengaliri kali Ciliwung, sedangkan aliran air yang lainnya tidak bisa terpantau.

Baca: BNPB: Korban Tewas Bencana Banjir Mayoritasnya Terseret Arus

Informasi saja, Sistem Peringatan Dini atau early warning system merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya.

Berita Rekomendasi

"Kalau Katulampa tingginya siaga 1 berarti berapa jam lagi akan sampai ke Jakarta ke Kampung Melayu dan sebagainya. Dan itu baru sistem yang ada di kali Ciliwung. Sedangkan di sistem sebelah timur di kali Bekasi, kali Cikeas, kali Angke dan sebagainya belum ada sistemnya," ungkapnya.

Ke depan, kata dia, pemerintah akan membuat sistem early warning aliran air yang ada di kali sekitar Bekasi. Pembangunan itu akan dilakukan oleh Kementerian PUPR.

Baca: Diganti Dokumen Kependudukan Warga yang Rusak atau Hilang Akibat Banjir

"Itu yang akan dilakukan pemerintah khususnya PUPR. Dan itu yang diminta disegerakan oleh PUPR pada tahun ini sampai tahun berikutnya sistim Bekasi dan sekitarnya seperti halnya di Ciliwung," tukasnya.

Selain itu, cuaca ekstrem yang ditunjukkan intensitas hujan yang tinggi membuat banyaknya tanggul yang jebol di Bekasi. Hal itulah dinilai semakin memperparah kondisi banjir di kota pimpinan Rahmat Effendy tersebut.

Baca: Hindarkan Korban Banjir dari Penyakit, Damkar Tebet Bersih-bersih di Kawasan Jakarta Selatan

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga Sabtu (4/1/2020) korban meninggal dalam bencana bencana banjir dan longsor di Jabodetabek mencapai 54 orang. Dari seluruh korban tersebut, 1 orang masih dinyatakan hilang.

Mayoritas korban meninggal paling banyak berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Totalnya, mencapai 16 orang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas