Kisah Warga Bidara Cina Korban Banjir, Tidak Ada Info Peringatan Dini dan Minta Bantuan Kasur
Efi mengaku daerah tempatnya tinggal memang selalu menjadi langganan banjir, namun baru kali ini tidak ada informasi dini banjir.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek menyisakan cerita-cerita bagaimana awal mula bencana tersebut melanda rumah para pengungsi di Sasana Krida Karang Taruna Bidara Cina, Jakarta Timur.
Satu diantaranya cerita Enden Febriayani, atau yang biasa dipanggil Efi, warga di Jalan Baiduri Bulan Bidara Cina yang mengaku tidak mendapatkan peringatan dini sebelum banjir melanda.
"Banjir kali ini tidak ada informasi sama sekali," ujarnya, Sabtu (4/1/2020).
Efi mengaku daerah tempatnya tinggal memang selalu menjadi langganan banjir, namun selama 10 tahun dirinya menjadi warga Bidara Cina, baru kali ini tidak ada informasi bahwa banjir akan datang.
"Jadi memang tidak tau, jadi dibangunin pukul 3 pagi, tetangga gedor-gedor pintu itu banjir sudah besar. Karena memang tidak ada informasi, jadi saya pikir banjir tidak besar. Hanya naikin barang-barang keatas meja, saya bantu suami," ujarnya.
Baca: Perbaiki Dokumen Rusak Kena Banjir Datang Langsung ke ANRI, Gratis dan Ini Syaratmya
Efi yang sudah mengalami stroke selama 7 bulan belakangan, mengaku tidak dapat menyelamatkan barang-barangnya.
Bahkan saat mengungsi dia hanya membawa baju yang ia kenakan, dikarenakan banjir datang dengan cepat.
Baca: Tips Penanganan Awal Perbaiki Mobil Setelah Terendam Banjir, Perhatikan Part-part Berikut
"Jam 3 (dini hari) sampai jam setengah 6 banjir sudah mulai naik. Diantarlah saya ke pengungsian sama suami saya. Jadi barang nggak ada yang selamat. Baju juga nggak ada yang selamat," ujarnya
Ia berujar kebutuhan pokok, seperti bahan pangan di pengungsian tersebut sudah cukup terpenuhi, walaupun dihari pertama dan kedua saat banjir mereka sempat kelaparan karena banyak warung yang tutup di tanggal merah itu.
Saat ini Efi dan juga pengungsi lainnya diwilayah itu sangat membutuhkan kasur untuk tidur.
Hal tersebut dikarenakan hampir semua kasur para pengungsi terendam oleh banjir, sehingga mereka tidur dengan alas seadanya di pengungsian.
"Karena waktu tidur didepan, diruang tamu sama suami, saya cuma gulung karpet dan itu doang barang yang satu-satunya saya bawa. Sekarang kami bener-bener kedinginan disini," ujar Efi.