Widya Artini Wiyogo Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 15 propinsi di Indonesia periode 2014-2016 mendapatkan perkiraan rerata angka kebutaan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Indonesia (UI) menggelar acara pengukuhan dua guru besar tetap Fakultas Kedokteran UI di Aula IMERI (Indonesian Medical Education and Research Institute) FKUI di bilangan Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (29/2/2020).
Salah satu Guru Besar Tetap yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K)–staf pengajar di FKUI Departemen Mata dan juga dokter spesialis mata yang berpraktek di JEC Eye Hospitals and Clinics.
Dalam acara yang berlangsung secara terbuka ini, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) menyampaikan pidato bertajuk “Mengatasi Tantangan Masa Depan Layanan Glaukoma di Indonesia: Optimalisasi Intervensi Bedah Glaukoma.”
Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 15 propinsi di Indonesia periode 2014-2016 mendapatkan perkiraan rerata angka kebutaan sebesar 3% pada populasi penduduk yang berusia di atas 50 tahun.
Glaukoma merupakan salah satu dari lima penyebab kebutaan terbesar, baik di dunia maupun di Indonesia. Glaukoma masuk dalam kategori penyakit yang bersifat kronik dan
Hari ini Universitas Indonesia (UI) menggelar acara pengukuhan dua guru besar tetap Fakultas Kedokteran UI di Aula IMERI (Indonesian Medical Education and Research Institute) FKUI di bilangan Salemba, Jakarta Pusat.
Salah satu Guru Besar Tetap yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), staf pengajar di FKUI Departemen Mata dan juga dokter spesialis mata yang berpraktek di JEC Eye Hospitals and Clinics.
Dalam acara yang berlangsung secara terbuka ini, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) menyampaikan pidato bertajuk “Mengatasi Tantangan Masa Depan Layanan Glaukoma di Indonesia: Optimalisasi Intervensi Bedah Glaukoma.”
Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 15 propinsi di Indonesia periode 2014-2016 mendapatkan perkiraan rerata angka kebutaan sebesar 3% pada populasi penduduk yang berusia di atas 50 tahun.
Glaukoma merupakan salah satu dari lima penyebab kebutaan terbesar, baik di dunia maupun di Indonesia. Glaukoma masuk dalam kategori penyakit yang bersifat kronik dan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan glaukoma secara total, namun dengan pemeriksaan yang menyeluruh dapat ditentukan terapi yang tepat untuk mengontrol progresivitas penyakit.
Pasien harus menjalani pemeriksaan dan kontrol seumur hidup, juga penyesuaian obat atau tindakan tambahan tergantung pada kondisi glaukoma. Pengobatan glaukoma dapat meliputi tatalaksana dengan obat-obatan, terapi laser dan operasi glaukoma.
Berangkat dari permasalahan glaukoma di Indonesia dan tantangan dalam penatalaksanaan pasien glaukoma yang dihadapi para dokter spesialis mata, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) melakukan penelitian terkait hal tersebut.
Beliau melihat bahwa salah satu solusi kunci untuk mengatasi tantangan glaukoma di Indonesia adalah melalui pengembangan sumber daya yang sudah ada, mencakup peningkatan keterampilan dokter mata umum dalam melakukan pembedahan primer glaukoma serta peningkatan keterampilan dokter umum sebagai ujung tombak layanan kesehatan untuk melakukan skrining dan diagnosis glaukoma dengan tepat sejak stadium awal penyakit.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.