Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan Sopir Taksi Online di Tengah Pandemi Corona: Dapat 5 Penumpang Saja Sudah Alhamdulillah

Sudah lebih dari sebulan ini sopir taksi online kesulitan mendapatkan penumpang meskipun mereka sudah seharian bekerja.

Penulis: Dewi Agustina
zoom-in Perjuangan Sopir Taksi Online di Tengah Pandemi Corona: Dapat 5 Penumpang Saja Sudah Alhamdulillah
Tribunnews.com/Dewi Agustina
Saipul Bahri, sopir taksi online di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dewi Agustina

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyebaran wabah virus corona di Indonesia sejak lebih dari sebulan lalu berdampak pada sektor perekonomian terutama bagi pekerja harian.

Banyak pekerja yang terdampak covid-19, mulai dari pekerja perusahaan, penjaga toko serta banyak pekerja harian lainnya.

Sarana transportasi berbasis aplikasi online juga turus terimbas dampak penyebaran virus corona. Tidak hanya pengemudi ojek online (ojol) tapi juga para sopir taksi berbasis aplikasi online.

Sudah lebih dari sebulan ini sopir taksi online kesulitan mendapatkan penumpang meskipun mereka sudah seharian bekerja.

Baca: Update Corona Dunia 20 April 2020 Malam: Tambah 1.294 Kasus, Iran Geser China

Saipul Bahri misalnya. Pria yang tinggal di Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini mengaku pendapatannya menurun drastis akibat mewabahnya covid-19 di Jakarta.

"Dulu sebelum adanya wabah virus corona ini saya bisa bawa pulang minimal Rp 500 ribu bersih. Tapi sekarang untuk mendapatkan separuhnya aja susah sekali," kata Saipul saat berbincang dengan Tribunnews, akhir pekan lalu.

Berita Rekomendasi

Saipul yang sudah 5 tahun ini menjadi sopir taksi online, biasanya bekerja dari pagi hingga sekitar jam 20.00 malam bisa membawa sekitar 20an penumpang dalam seharinya, dan membawa pulang setidaknya Rp 500 ribu.

Saipul Bahri, sopir taksi online di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020).
Saipul Bahri, sopir taksi online di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). (Tribunnews.com/Dewi Agustina)

Sementara saat ini untuk dapat 10 penumpang per hari saja dia mengaku sulit.

Dia mengaku kini hanya bisa membawa pulang uang antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000 sehari, itupun belum untuk biaya bensin. 

Kondisi ini sudah dialaminya sejak sekitar sebulanan lalu ketika wabah virus corona masuk ke Jakarta.

Baca: DWP Kementerian PANRB Salurkan Bantuan bagi Para Pegawai Terdampak Covid-19

Terlebih lagi saat Gubernur DKI Jakarta menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku sejak Jumat (10/4/2020) sampai Kamis 23 April 2020 mendatang.

Namun demikian Saipul tetap bersyukur meski keadaan ekonominya tak selancar sebelumnya.

"Sekarang susah sekali dapat penumpang karena ada virus ini orang-orang banyak berada di rumah, kadang kita sudah nunggu lama belum juga dapat penumpang. Jadi kalau sehari aja ada 5 penumpang, itu saya sudah bersyukur sekali. Dari pada saya di rumah tidak bekerja kan tidak mendapatkan penghasilan," kata Saipul tetap berucap syukur.

Saipul Bahri, sopir taksi online di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020).
Saipul Bahri, sopir taksi online di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). (Tribunnews.com/Dewi Agustina)

Paling tidak untuk satu tahun ke depan dia tidak perlu membayar cicilan mobil karena pihak leasing memberikan keringanan penundaan pembayaran sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Cicilan mobil saya sebenarnya tinggal setahun lagi, tapi setahun ini saya diberikan keringanan penundaan pembayaran cicilan dari leasing. Jadi lumayan lah saya ngga perlu memikirkan untuk membayar cicilan setahun ke depan. Tapi ya jatuhnya cicilan mobil saya baru lunas 2 tahun lagi," kata Saipul.

Baca: Siti Badriah dan Suami Belum Berencana Bayi Tabung

Pihak perusahaan pun menurut Saipul menanggung semua alat pelindung diri (APD) para mitra taksi online seperti masker, hand sanitizer termasuk juga disinfektan sesuai dengan imbauan pemerintah.

Bahkan semua mitra sopir taksi online diminta perusahaan mengikuti imbauan pemerintah untuk selalu rajin mendisinfeksi kendaraannya setiap kali selesai mengantar dan menurunkan penumpang.

Warga sedang antre di kasir salah satu supermarket di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). Antrean di kasir kini dibatasi dengan pembatas merah dengan jarak sekitar satu meter antara satu sama lain.
Warga sedang antre di kasir salah satu supermarket di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). Antrean di kasir kini dibatasi dengan pembatas merah dengan jarak sekitar satu meter antara satu sama lain. (Tribunnews.com/Dewi Agustina)

"Alhamdulilah perusahaan kita memfasilitasi APD dan kita selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan kendaraan. Jadi setiap menurunkan penumpang, ini mobil saya semprot dulu dengan disinfektan," ujarnya.

Kondisi yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh Ahmad Faridi.

Ahmad yang tinggal di Tangerang ini mencari peruntungan hingga ke wilayah Jakarta Selatan karena di tempat tinggalnya juga sepi penumpang akibat penerapan PSBB.

Baca: Sejarah Peringatan Hari Kartini Hingga Perilisan Buku Habis Gelap Terbitlah Terang

"Kadang kita sudah berjam-jam nunggu eh ngga ada orderan yang masuk. Kalau mau keliling boros bensin, jadi ya paling menunggu aja di satu tempat sampai ada orderan masuk," kata Ahmad Faridi.

Bahkan Ahmad Faridi mengaku pernah dia menunggu hingga berjam-jam baru dapat orderan penumpang.

Tapi berbeda dengan Saipul yang mendapat penangguhan pembayaran cicilan mobil hingga setahun, Ahmad Faridi hanya mendapat penangguhan selama 3 bulan saja dari bank tempat dia mengambil kredit kendaraan.

Warga sedang antre di kasir salah satu supermarket di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). Antrean di kasir kini dibatasi dengan pembatas merah dengan jarak sekitar satu meter antara satu sama lain.
Warga sedang antre di kasir salah satu supermarket di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). Antrean di kasir kini dibatasi dengan pembatas merah dengan jarak sekitar satu meter antara satu sama lain. (Tribunnews.com/Dewi Agustina)

Pusat Perbelanjaan Sepi Pengunjung

Sementara itu pantauan Tribunnews di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan nampak sepi.

Hanya beberapa gerai saja yang masih buka utamanya restoran ataupun gerai yang menjual makanan.

Namun itupun sepi pembeli karena masyarakat dilarang untuk makan di tempat. Warga hanya boleh membeli makanan untuk dibawa pulang atau melalui layanan pesan antar.

Baca: Tanggapan Bupati Gresik Hadapi PSBB sebagai Wilayah Penyangga Surabaya

Warga sedang antre di kasir salah satu supermarket di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). Antrean di kasir kini dibatasi dengan pembatas merah dengan jarak sekitar satu meter antara satu sama lain.
Warga sedang antre di kasir salah satu supermarket di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Sabtu (18/4/2020). Antrean di kasir kini dibatasi dengan pembatas merah dengan jarak sekitar satu meter antara satu sama lain. (Tribunnews.com/Dewi Agustina)

Hal yang jauh berbeda terlihat di supermarket yang berada di dalam pusat perbelanjaan tersebut.

Di supermarket ini masih banyak warga yang berbelanja bahan kebutuhan pokok, bahkan mereka membeli bahan makanan dalam jumlah yang banyak.

"Saya sengaja berbelanja ke supermarket karena sudah sebulan lebih tidak belanja, ini juga sekalian buat persiapan bulan ramadan," kata seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kebayoran Lama.

Seorang penjaga toko mengatakan biasanya pengunjung pusat perbelanjaan ini sangat sepi, kondisi mulai agak ramai pada saat akhir pekan kendati banyak toko maupun gerai tak beroperasi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas