Kerumunan Orang di Pasar Jatibaru saat PSBB, Pedagang Cerita Alasan Mereka Nekat Jualan
Ancaman penyebaran virus corona atau Covid-19 pun tidak membuat mereka khawatir
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kawasan Pasar Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat seakan 'kebal' terhadap aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hari ini, Senin (18/5/2020), kawasan tersebut dipadati pedagang dan pembeli.
Baca: Kelakuan Pria Rudapaksa Gadis 13 Tahun Terbongkar, Ternyata Korban Diancam Dapat Sesuatu yang Buruk
Aturan jaga jarak fisik atau physical distancing seperti angin lalu bagi mereka.
Ancaman penyebaran virus corona atau Covid-19 pun tidak membuat mereka khawatir.
Para pedagang nekat menjajakan dagangan demi menggaet pengunjung yang mencari pakaian baru jelang Lebaran.
Di sepanjang gang Pasar Jati Baru, kios-kios kecil di sebelah kiri dan kanan jalan dipenuhi banyak para pedagang.
Pedagang yang tidak memiliki kios juga menggelar lapaknya di sekitar jalan itu.
Deretan manekin-manekin berbusana muslim dan berkerudung dipajang sebagai display baju yang dijual.
Ada yang menjual beraneka pakaian muslim, pakaian anak, baju batik dan lain-lain.
Arief, salah satu pedagang batik di sana mengatakan, pendapatannya merosot per harinya.
Jelang hari raya Lebaran, ia bisa mengantongi Rp 1 juta hingga Rp 2 juta dalam sehari.
"Sekarang sehari paling Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. Sekarang nyari uang Rp 500 ribu aja sehari susah," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Senin (18/5/2020).
Di tengah masa PSBB, Arief tetap nekat membuka kiosnya seperti pedagang lain.
Bila tidak berjualan, ia terus merugi.
Menurutnya, jelang lebaran banyak pembeli yang datang.
Sebab, orang yang tidak punya duit pun bakal membeli baju lebaran untuk keluarga.
Sudah tiga hari Arief membuka kiosnya di sana setelah sempat dua minggu ia tutup.
"Tiga hari ini udah buka dari Jumat. per harinya Rp 1, 5 juta," lanjutnya.
Pedagang busana perempuan, Juju, nekat berjualan di atas trotoar di Jalan Raya Jati Baru.
Bukan hanya Juju yang berjualan di sana, para pedagang busana lainnya turut menggelar lapak mereka.
Trotoar di sepanjang Jalan Jati Baru yang mengarah ke Stasiun Tanah Abang menjadi sempit dipenuhi pedagang.
Pejalan kaki dengan disabilitas akan kesulitan bila melintas di atas trotoar yang diokupasi oleh para pedagang itu
Juju mengatakan ia nekat berjualan lantaran ia sudah terlanjur mengeluarkan modal besar untuk berjualan.
Ketika Covid-19 melanda Indonesia, ia turut terdampak.
Modal yang sebagian dipinjam pun belum bisa dibayar.
Mau tak mau, ia berjualan demi bisa mengejar balik modal.
"Dimakan Corona duitnya, ancur lah. Kalau hari biasa mah udah metik (untung). Sekarang boro-boro metik yang ada modalnya habis. Enggak balik moda duitnya habis," keluhnya.
Baca: Misbakhun Nilai Sri Mulyani Gagal Susun Prediksi Indikator Penting Ekonomi
Juju terpaksa melepaskan kedua karyawannya yang kerap membantu berdagang.
"Utang banyak, PSBB malah bikin anjlok. Karyawan dulu satu sampai dua orang sekarang enggak ada," katanya.
Gunakan Tabungan
Pendapatan pedagang kerudung, Irsad, mengatakan pendapatannya menurun lantaran sepinya pembeli.
Irsad sempat menggunakan tabungan untuk bertahan hidup ketika kiosnya tutup.
"Tabungan udah mulai menipis. Kalau mau makan terpaksa harus ambil dari tabungan," ungkapnya.
Pedagang celana jeans, Apri juga sama seperti Irsad.
Selama PSBB, kios Apri sempat tutup dua minggu.
Selama tutup, tabungannya habis. Ia kembali membuka kios karena desakan kebutuhan hidup.
Irsad dan Apri mengaku sampai saat ini belum mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah selama masa PSBB.
"Dari RT cuma dikasih beras aja yang lainnya enggak dapet," pungkas Apri.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Alasan Pedagang Tanah Abang Nekat Buka Saat PSBB: Tabungan Habis hingga Kejar Balik Modal
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.