Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi Kementerian Kominfo Siapkan 2.000 Titik Akses Internet
Rencananya pasca pandemi covid-19 ini, tim akan dibentuk untuk segera menyusun dan bergerak ke lapangan.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyiapkan 2.000 titik akses internet di lokasi baru sebagai respons kegiatan bekerja dari rumah (WFH) dan belajar dari rumah di tengah pandemi COVID-19.
“Kita coba solusikan secara cepat dengan menyiapkan lokasi baru akses internet sebanyak 2.000 titik. Karena inilah solusi jangka pendek yang bisa kita lakukan khususnya dalam periode sekarang pandemi Covid-19 ini," ungkap Direktur Utama Bakti, Anang Latif pada Web dan Seminar (Webinar) yang mengambil tema "Solusi Bakti Kominfo di Tengah Pandemi" yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DKI Jakarta, Kamis kemarin (4/6/2020).
Selain Dirut Bakti Kominfo, Anang Latif, Webinar itu juga menghadirkan pembicara yaitu Pengamat Telekomunikasi/Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institut, Heru Sutadi.
Webinar juga diikuti tak kurang dari 100 wartawan dari berbagai daerah di Indonesia.
Anang mengatakan, saat ini pihaknya sedang menyusun titik-titik dimana saja yang menjadi prioritas dari 2.000 titik ini, sehingga rencananya pasca pandemi covid-19 ini, tim akan dibentuk untuk segera menyusun dan bergerak ke lapangan.
"Di tengah pandemi ini memang ada kendala untuk memenuhi target tersebut, misalnya tim yang masuk ke suatu daerah harus menjalani isolasi," tutur Anang.
Sejauh inu, kata Anang, BAKTI telah menyelesaikan pembangunan peningkatan sebanyak 600 BTS USO 2G menjadi 4G. Saat ini total 1.000 BTS USO telah ditingkatkan ke 4G. Bakti menargetkan untuk menyelesaikan peningkatan 600 BTS USO pada akhir Juni ini.
“Dengan harapan bahwa adanya layanan 4G ini memudahkan mereka melakukan aktivitas semuanya dari rumah, WFH, belajar dari rumah, dan lain-lain. Tentunya ini memeratakan kesempatan tidak hanya kita yang ada di kota besar, namun juga bisa dirasakan di daerah 3T dan perbatasan,” jelas Anang.
Dalam upaya percepatan penanganan Covid-19, jelas Anang, BAKTI juga telah melakukan optimalisasi jaringan di daerah 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal) untuk mendapatkan kemampuan ICMS (Integrated Management Content System).
"Inibtugas kami dimana Mendes melaporkan bahwa13.500 desa belum mendapatkan akses internet," tuturnya.
Sehingga, ketika masyarakat setempat mengakses internet secara gratis, pada landing page mereka akan mendapat konten edukasi yang telah disiapkan oleh Direktorat Jenderal Informasi Komunikasi Publik (IKP) dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, serta Kementerian Kesehatan.
Hal ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas terkait dengan Covid-19, seperti bagaimana mencegah penyebaran, dan bagaimana mereka harus bertindak sehari-hari dalam situasi seperti ini.
Selain itu, Bakti juga telah menyiapkan platform digital pelatihan bahasa Inggris untuk daerah-daerah pariwisata untuk mendorong sektor tersebut yang saat ini lesu di tengah pandemi Covid-19.
“Nanti ketika Covid-19 ini berakhir mereka suda memiliki kemampuan dalam bahasa Inggris, sehingga yang kita prediksikan bahwa sektor wisata ini akan booming pasca berakhirnya Covid-19,” ujar Anang.
Tidak hanya itu, Bakti juga menggelar pelatihan pemasaran digital untuk desa wisata selama tiga bulan untuk mengangkat potensi wisata dari desa tersebut, dengan cara membangun platform berupa website, pengoperasian secara online, membangun branding desa dan membangun tim digital desa.
“Pelatihan-pelatihan ini akan dilakukan selama tiga bulan, ini kalau responsnya positif, tentunya kami juga sanggup untuk memberikan kuota 10.000,” kata Anang.
Sementara Heru Sutadi menilai, Bakti sudah melakukan banyak terobosan dengan hadirnya internet di daerah 3T. Heru mengatakan, new normal di Indonesia dapat menjadi momen pemanfaatan teknologi untuk menjalankan kehidupan dan ekonomi baru yang berjarak.
Heru meyakini kalau masyarakat harus lebih adaptif terhadap teknologi digital agar dapat terus produktif menjalani aktivitas, sembari mencegah penularan pandemi lebih luas.
"Yang jelas berkerumun masih berisiko. Tetap harus mengurangi kumpul-kumpul. Teknologi digital dengan internetnya masih menjadi solusi new normal, termasuk cashless payment,” jelas Heru.