Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gerakan Ciliwung Bersih Ajak Masyarakat Olah Sampah Jadi Energi Kerakyatan

Keberadaan TPS-3R dan Bank Sampah juga belum optimal karena masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Gerakan Ciliwung Bersih Ajak Masyarakat Olah Sampah Jadi Energi Kerakyatan
WARTA KOTA/MUHAMAD AZZAM
Ilustrasi - Aktivitas pemulung mengais sampah yang masih bernilai ekonomi di TPST Bantargebang, Bekasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Eksekutif Gerakan Ciliwung Bersih (GCB), Peni Susanti mengatakan, kapasitas Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) di sejumlah wilayah kini semakin kritis.

Sejumlah TPA mengalami bencana seperti longsor yang terjadi di TPA Cipeuncang, Tangerang Selatan pada awal 2020 dan kebarkaran TPA yang terjadi di Putri Cempo, Solo di Akhir 2019.

"Keberadaan TPS-3R dan Bank Sampah juga belum optimal karena masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah. Bahkan tidak jarang, sampah dibuang ke sungai / kali sehingga menimbulkan pencemaran terutama di sektor hilir," kata Peni.

Peni mendorong sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber.

"GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerjasama dalam pelaksaanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS yang digagas oleh Supriadi Legino dan Sonny Djatnika Sunda Djaja,” ujar Peni saat peluncuran Safari TOSS (Tempat Olahan Sampah di Sumbernya) melalui zoom, Selasa (1/9/2020).

Baca: Nasib 15,9 Ton Beras dan Gabah Tak Layak Konsumsi Berakhir di TPA Pelaihari Kalsel

Safari TOSS diinisiasi Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan perusahaan rintisan (startup company) comestoarra.com bekerjasama dengan PT PLN (Persero), PT Indonesia Power, PT Indofood Sukses Makmur Tbk mengedukasi masyarakat mengenai pengolahan sampah bertajuk Safari TOSS “Journey to The East” (JTE) pada 01 – 20 September 2020.

Dalam rangkaian safari ini, GCB dan comestoarra akan melakukan liputan aktifitas, seminar, serta pelatihan dengan mengunjungi 15 lokasi implementasi TOSS (Tempat Olahan Sampah di Sumbernya) di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan secara daring.

Berita Rekomendasi

Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk menggerakkan masyarakat Indonesia dalam mengolah sampah di sumbernya dan memanfaatkan hasil olahannya menjadi energi kerakyatan.

TOSS sendiri merupakan metode pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber berbasis komunitas dimana merubah paradigma pemilahan di awal menjadi pemilahan setelah proses pengolahan sampah berlangsung.

Melalui metoda peuyeumisasi (biodrying), bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3-7 hari (tergantung material sampah).

Penggagas TOSS dan juga Komisaris Utama comestoarra.com, Supriadi Legino, perubahan paradigma pemilahan sampah tersebut dilakukan dimana seluruh sampah dimasukkan ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kg – 1 ton sampah.

Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu.

“Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya,” kata Supriadi.

Founder Comestoarra.com, Arief Noerhidayat menjelaskan proses pengolahan sampah domestik dan sampah biomassa melalui proses peuyeumisasi yang dikembangkan oleh Sonny Djatnika dan Supriadi Legino (Penemu Metode Peyeumisasi) hingga menjadi energi kerakyatan kepada Novrizal (Direktur Pengelolaan Sampah KLHK), Ahsin Sidqi (dirut Indonesia Power) Trois (esdm), dan Herlinda Murap (Indofood) didampingi Miss Earth Indonesia 2019, Chintia Kusuma Rani saat peluncuran program Safari TOSS : Journey To The East.
Founder Comestoarra.com, Arief Noerhidayat menjelaskan proses pengolahan sampah domestik dan sampah biomassa melalui proses peuyeumisasi yang dikembangkan oleh Sonny Djatnika dan Supriadi Legino (Penemu Metode Peyeumisasi) hingga menjadi energi kerakyatan kepada Novrizal (Direktur Pengelolaan Sampah KLHK), Ahsin Sidqi (dirut Indonesia Power) Trois (esdm), dan Herlinda Murap (Indofood) didampingi Miss Earth Indonesia 2019, Chintia Kusuma Rani saat peluncuran program Safari TOSS : Journey To The East. (Istimewa)

Ia menambahkan, TOSS dengan metoda peuyeumisasi (Biodrying) merupakan konsep yang terinspirasi dari alam.

Pemilihan material bambu yang identik dengan masyarakat Indonesia, ukuran box peuyeum yang agronomis, serta penggunaan bioaktivator yang memanfaatkan bakteri untuk mengolah sampah merupakan suatu proses yang terinspirasi dari alam.

Diektur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang memberikan apresiasi dan dukungannya.

“Indofood merasa bangga bergabung dalam Gerakan ini. Pengelolaan sampah menjadi sumber bahan baku energi ini memiliki nilai yang secara langsung juga mendorong terbangunnya ekonomi sirkular," katanya.

Sedangkan kepedulian berbagai pihak dalam mendukung pengembangan dan penerapan TOSS dengan Metode Peyemisasinya ini sejalan dengan semangat ESR (Extended Shareholder Responsibility), sehingga diharapkan akan mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dalam upaya mengurangi sampah yang belakangan ini kian menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat secara luas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas