Kegelisahan Penggali Kubur Korban Covid-19: Kenapa Enggak Ada Akhirnya? Semua Sebenarnya Sudah Lelah
“Saya sedih saja, kenapa enggak ada berakhirnya? Semuanya juga, sebenarnya sudah lelah,” kata Maman saat dihubungi lewat sambungan telepon.
Editor: Fitriana Andriyani
TRIBUNNEWS.COM - Maman kini sedang santai di kontrakannya di Jalan Bunut, Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Rabu (2/8/2020).
Dia rehat sejenak dari pekerjaanya sebagai petugas makam khusus Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon.
Ya, libur satu hari benar-benar dimanfaatkan Maman untuk memulihkan semangat dan tenaga sebelum kembali menenteng cangkulnya, menggali liang lahat.
Memang tak dipungkiri, sudah ratusan jenazah Covid-19 yang Maman bantu gali dan sediakan makamnya.
• Pengakuan Ridwan Kamil setelah Diberi Vaksin Covid-19: Pegal hingga Mudah Mengantuk
• UPDATE Pasien Positif Corona Tambah 3.075 Jadi 180.646 Orang, 129.971 Sembuh, 7.616 Meninggal
Akhirnya Maman sampai pada titik di mana dia merasa lelah, sedih, dan takut.
Semakin sering Maman memakamkan jenazah korban Covid-19, ia kian menyadari bahwa betapa mengerikannya wabah ini. Jenazah datang tiada henti.
“Saya sedih saja, kenapa enggak ada berakhirnya? Semuanya juga, sebenarnya sudah lelah,” kata Maman saat dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (2/9/2020).
Bayangkan, Maman yang tergabung dalam petugas TPU kelompok D bisa memakamkan 20 sampai 30 jenazah Covid-19 per hari atau bahkan bisa sampai 180 jenazah tiap satu minggu.
Kenyataan pahitnya, Maman mengakui bahwa lahan TPU Pondok Ranggon yang digunakan untuk pemakaman korban Covid-19 semakin berkurang. Tersisa beberapa hektar lagi, kata dia.
• Klaster Baru, 88 Karyawan Pabrik Sparepart Mobil di Cikarang Positif Covid-19
• Rekor Harian Tertinggi 3.308 Kasus Positif Covid-19 Baru dalam 24 Jam, Total Kasus 169.195
“Kalau untuk berapa (total jumlah) jenazah, mungkin seribu atau dua ribu jenazah masih bisa,” ucap dia.