UBL Kembalikan Eksistensi Sidat ke Sungai Besar di Jawa Barat yang Kini Stoknya Semakin Menipis
Program penebaran sidat dilakukan Universitas Budi Luhur (UBL) untuk mengembalikan eksistensi sidat di sungai-sungai besar di Jawa Barat
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program penebaran sidat dilakukan Universitas Budi Luhur (UBL) untuk mengembalikan eksistensi sidat di sungai-sungai besar di Jawa Barat yang kini stoknya semakin menipis.
Pada penebaran ini, sudah sekitar 1.500 ekor sidat, ukuran 40 – 100 gram (elver) yang dilepas ke alam.
“Universitas Budi Luhur ikut menjaga kelestarian sidat (anguilla Spp) dengan restocking (penebaran) sekitar 2.500 ekor sidat di lima titik yang berbeda. Semoga semua menjadi lebih baik di alam liar, berkah buat bumi dan kita," ungkap Ketua Yayasan Budi Luhur Sakti, Kasih Hanggoro mengomentari program restocking ini.
UBL dijelaskan Kasih Hanggoro sudah tiga kali melakukan penebaran, masing-masing di Sungai Cisadane, Danau Talanca dan Sungai Cibinuangeun.
"Tiga sungai besar ini menjadi sasaran penebaran karena dianggap sebagai habitat sidat di Jawa Barat. Selain ke 3 sungai tersebut, beberapa sungai di Sukabumi akan mendapat kesempatan yang sama," jelas Kasih Hanggoro.
Seperti diketahui, program penebaran sidat ini dilakukan untuk mengembalikan eksistensi sidat di sungai-sungai besar di Jawa Barat yang kini stoknya semakin menipis.
Pada penebaran ini, sudah sekitar 1.500 ekor sidat, ukuran 40 – 100 gram (elver) yang dilepas ke alam.
“Semoga semua menjadi lebih baik di alam liar, berkah buat bumi dan kita," kata Kasih Hanggoro.
Sementara itu, Penanggung jawab budidaya sidat di Universitas Budi Luhur, Wiwin Windihastuty mengatakan Sidat (Anguilla spp) masuk dalam golongan ‘katadromous’ yaitu ikan yang melakukan migrasi dari laut tempat memijahnya kemudian bergerak ke sungai untuk menghabiskan waktu hidup di perairan tawar lalu bergerak kembali ke laut untuk bertelur.
"Penebaran sidat ke alam sangat penting untuk menjaga keberlangsungan ekosistem sidat dimasa mendatang. Dulu sidat mudah didapat di sungai-sungai atau rawa-rawa yang tersambung dengan sungai yang bermuara di laut. Saat ini sulit memperoleh benih sidat karena penangkapan yang tidak terkendali dan juga karena banyak bangunan melintang di sepanjang aliran sungai sehingga menghambat pergerakan sidat dari muara ke hulu dan sebaliknya dari hulu ke muara,” urai Wiwin Windihastuty.
Program penebaran sidat dijelaskan Wiwin Windihastuty akan diteruskan dengan upaya pelestarian sidat lain di lokasi-lokasi habitat utama sidat seperti di Pelabuhan Ratu, disisi hulu agar lebih cepat tumbuh sambil bergerak ke arah hulu sungai hingga nantinya kembali ke lautan untuk memijah, bertelur, dan larvanya kembali ke muara sungai. Dengan harapan populasi sidat di Pulau Jawa kembali meningkat.
“Jika semua para pelaku budidaya sidat perhatian dengan keberadaan ikan sidat yang mulai langka dengan cara mengembalikan sebagian hasil budidayanya seperti yang dilakukan UBL, maka dapat dipastikan keberadaan sidat akan terus lestari,” ujar Wiwin Windihastuty.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.