Mantan Polisi Terlibat Penyelundupan Senpi Ilegal di Bandara Soekarno-Hatta
Gagalkan tiga kasus penyelundupan senjata api ilegal melalui Bandara Soetta, Polisi tetapkan tiga tersangka, satu di antaranya mantan Polisi.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satreskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan tiga usaha penyelundupan senjata api ilegal melalui Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).
Penggagalan tersebut dilakukan dalam kurun waktu satu bulan.
Ada tiga tersangka di kasus ini yakni SAS, ZI dan R yang masih buron.
Kapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Kombes Pol Adi Ferdian Saputra mengatakan ZI merupakan mantan anggota Polri.
ZI diberhentikan secara tidak hormat karena kasus alias disersi.
"Saudara ZI ini yang rupanya merupakan seorang yang dahulu pernah berprofesi sebagai polisi dan sekarang tidak lagi," ujar Adi di Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (27/10/2020).
Kendati demikian, Adi enggan membeberkan lebih lanjut kasus yang sebelumnya menjerat ZI sampai diberhentikan secara tidak hormat.
"Yang jelas sebelumnya ZI bermasalah dan diberhentikan secara tidak terhormat," singkatnya.
Dari pendalaman, diketahui ZI sudah mengantongi bedil rakitannya itu sejak 2015 secara ilegal, tidak dilengkapi dengan surat izin kepemilikan.
Baca juga: Senpi Yang Dijual Bripka JH Kepada KKB Papua Adalah Senjata Dinasnya
Lain halnya dengan ZI, SAS ternyata juga bukan orang biasa.
Dia merupakan seorang Direktur di sebuah perusahaan swasta.
Ia terciduk membawa senjata pabrikan jenis revolver merek S dan W saat ingin terbang dari Bandara Soekarno-Hatta tujuan Makassar tanggal 19 September menggunakan maskapai Lion Air.
"Saudara SAS adalah berprofesi sebagai direktur perusahaan swasta yang ada di Sulawesi," kata Kasatreskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Kompol Alexander Yurikho.
Ia menerangkan kalau kepemilikan senjata api merupakan tindak kejahatan serius terlebih tidak memiliki sertifikat asli.
Anggota polisi saja, lanjut Alexander, belum tentu diizinkan untuk memiliki dan menguasai senjata api bila tidak mengikuti sejumlah pelatihan terlebih dahulu.
"Bahkan polisi kalau tidak memiliki surat, belum mengikuti ujian psikologi menembak tidak akan diizinkan untuk memiliki senjata api. Apalagi yang dibawa oleh masyarakat sipil jangan sampai senpi ini berakibat tidak baik," ungkap pria yang akrab disapa Alex ini.
Baca juga: Polri Bakal Limpahkan Berkas Perkara Eks Danjen Kopassus Soenarko Terkait Kasus Kepemilikan Senpi
Kronologi awal, pada kasus pertama tanggal 19 September didapat tersangka SAS hendak terbang menggunakan maskapai Lion Air menuju Makassar.
Saat melalui Security Check Point (SCP) petugas Aviation Security (Avsec) menemukan kalau SAS membawa senjata jenis revolver bermerk S and W dan tidak bisa menunjukan surat kepemilikan.
Kasus kedua, lanjut Adi, terjadi pada 29 September 2020 saat pihaknya bekerja sama dengan PT Pos Indonesia.
PT Pos Indonesia menemukan pengiriman paket berisi 50 butir pelor aktif dan melaporkan kepada Polresta Bandara Soekarno-Hatta, hingga mendapati jejak ZI sampai ke Riau.
Sementara kasus ketiga terungkap pada 9 Oktober 2020 masih bekerja sama dengan PT Pos Indonesia yang menemukan senjata api rakitan jenis revolver.
Untuk kasus ketiga polisi masih melakukan pengejaran terhadap R yang diduga kuat menjadi penerima senjaya revolver rakitan tersebut.
Ketiganya pun disangkakan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Darurat RI Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara atau seumur hidup.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Polisi Gagalkan Penyelundupan Senjata Api Asli di Bandara Soekarno-Hatta,