BMKG Jelaskan Faktor Utama Penyebab Hujan Ekstrem di Wilayah Jabodetabek
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan faktor utama penyebab curah hujan ekstrem di Jabodetabek.
Penulis: Nuryanti
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan faktor utama penyebab curah hujan ekstrem di Jabodetabek.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan, pihaknya telah memprediksi curah hujan lebat di Jabodetabek sejak Kamis (18/2/2021) lalu.
"Sesuai dengan prediksi BMKG sejak dua hari terakhir, wilayah Jabodetabek diguyur hujan dengan sangat merata, dengan intensitas lebat hingga sangat lebat," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).
Menurutnya, curah hujan tinggi biasanya terjadi pada dini hari hingga pagi hari.
"Hujan di wilayah Jabodetabek biasanya terjadi pada malam dini hari dan masih berlanjut menjelang pagi hari."
"Jadi itu waktu-waktu kritis yang perlu kita waspadai," ungkapnya.
Baca juga: Jalan TB Simatupang Banjir, Arus Lalu Lintas Menuju Ragunan Ditutup Sementara
Baca juga: Anya Geraldine Curhat Kebanjiran hingga Tak Bisa Pulang: Ngungsi Seada-adanya, Sebal
Baca juga: Banjir Belum Surut, Jalan Raya Pejaten Barat Ditutup Sementara
Berikut faktor utama penyebab curah hujan ekstrem di wilayah Jabodetabek yang disampaikan oleh Dwikorita:
1. Pada 18-19 Februari 2021, termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan.
Sehingga, mengakibatkan awan hujan di wilayah bagian barat.
2. Ada aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin.
Ada pembelokan dari arah utara ke wilayah Jabodetabek yang bergerak melambat.
"Di situlah terjadi intensitas pembentukan awan-awan hujan yang akhirnya terkondensasi menjadi hujan dengan intensitas tinggi," kata Dwikorita.
Baca juga: Banjir di Jakarta: Wagub DKI Sempat Klaim Banjir Berkurang, BMKG Prediksi Hujan Lebat Masih Terjadi
Baca juga: Perumahan Ciledug Indah I Banjir, Warga Mengungsi ke Loteng, Mobil Banyak Terendam
Baca juga: Sejumlah Jalan Tol di Jabodetabek Terendam Banjir Pada Sabtu Pagi, Ini Daftarnya
Selain itu, pertemuan angin dari arah Asia, kemudian bertemu dengan angin dari arah Samudra Hindia.
"Karena bertemu jadi terjadi penghambatan, jadi dari utara itu terhalang."
"Tidak bisa langsung menerobos ke selatan, karena terhalang angin dari arah barat. Sehingga angin dari utara membelok ke timur, dan melambat," ujarnya.
"Di situlah terjadinya peningkatan pembuatan awan-awan hujan," papar kepala BMKG.
3. Adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.
Hal ini mengakibatkan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.
4. Terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian Pulau Jawa.
"Berkontribusi juga dalam pola pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa bagian barat," imbuh Dwikorita.
Baca juga: Layanan Transjakarta Terganggu karena Banjir, Ada Tiga Rute yang Terhenti
Baca juga: Rumah Terendam Banjir saat Isoman, Satu Keluarga di Bekasi Dievakuasi Petugas Berpakaian APD
Baca juga: RW 04 Cipinang Melayu Kembali Terendam Banjir 2-4 Meter Pada Sabtu Pagi
(Tribunnews.com/Nuryanti)