Kisah Ridwan, Tunanetra di Jakarta yang Kerap Tabrak Mobil Parkir di Trotoar
Yellow line, jalur khusus dari paving blok berwarna kuning ( guiding block) untuk penyandang disabilitas, tertutup truk.
Editor: Hasanudin Aco
Menurut dia, di sekitar Panglima Polim, banyak ruko dan mobil yang parkir hingga melewati jalur kuning di trotoar.
“Sudah enggak heran kalau trotoar selalu dipakai. Kadang-kadang kan saya ngalah yang ke jalan bawah. Bingung juga kalau terlalu ke kanan, nanti keserempet motor dan mobil. Takut ketabrak saya,” kata Ridwan saat ditemui Kompas.com, Jumat sore.
Dirinya pun pun tak heran jika perjalanannya kerap terganggu karena jalur kuningnya dirampas.
Ruko-ruko di sepanjang jalan Panglima Polim baginya adalah salah satu contoh penggunaan trotoar yang serampangan dan tak berpihak kepada tunanetra.
Ridwan kemudian melanjutkan perjalanannya setelah menabrak truk.
Ia kembali menyusuri jalur kuning di trotoar Panglima Polim.
Berharap kesadaran warga
Ridwan setiap hari berjalan kaki melewati wilayah Jakarta Selatan.
Ia berangkat dari rumahnya di Pondok Cabe.
Selama empat tahun, Ridwan mengaku kerap berkeliling Jakarta Selatan untuk berjualan kerupuk.
Ia mengaku pasrah menghadapi trotoar yang tak ramah disabilitas. Namun, dari tutur katanya, Ridwan terlihat tak bisa memendam rasa kesalnya.
“Karena selama empat tahun keliling di Jakarta Selatan jadi tahu kondisi trotoar di Jakarta Selatan. Dari belum ada jalur kuning, sampai ada,” kata Ridwan dengan suara agak meninggi sambil mengentakkan kakinya di jalur kuning.
Ia bercerita kerap bertemu mobil, motor, hingga gerobak di trotoar di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan.
Ridwan terkadang menginjak jalur kuning yang berlubang.