Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan, Pemprov DKI Ingin Ubah Sampah Jadi Energi
Teknologi ini mampu mereduksi sampah hingga 90 persen, sehingga jumlah sampah yang dibuang akan jauh lebih kecil.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai upaya dilakukan Pemprov DKI untuk mengurangi masalah sampah, salah satunya dengan membangun Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) mikro dan makro.
Menurut rencana, Pemprov DKI akan membangun FPSA makro atau Intermediate Treatment Facility (ITF) yang akan dibangun di empat wilayah kota, yaitu di Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.
Untuk pembangunan ITF Sunter di Jakarta Utara, kini sudah memasuki tahap prakonstruksi dan pembangunan diharapkan sudah bisa dimulai pada 2022 mendatang.
“Masa konstruksi pembangunan ITF Sunter diperkirakan selama 3,5 tahun,” ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto.
Ia menambahkan, ITF Sunter dirancang mampu mengolah sampah sebanyak 2.200 ton per hari dan mengubahnya menjadi daya listrik sebesar 35 megawatt per jam.
Baca juga: Dinas LH DKI Siagakan 8.900 Personel Demi Atasi Sampah Musim Hujan
Nantinya, ITF Sunter akan menjadi tempat pengolahan sampah pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Waste to Energy.
Teknologi ini dijalankan dengan menggunakan proses thermal yang aman bagi lingkungan dan sudah terbukti efektivitasnya di berbagai negara.
“Pengoperasiannya mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu yang berlaku,” ujarnya.
Teknologi ini mampu mereduksi sampah hingga 90 persen, sehingga jumlah sampah yang dibuang akan jauh lebih kecil.
ITF Sunter juga akan dilengkapi dengan instalasi pembangkit listrik, karena panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uap panas yang dapat menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik.
“Ini menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan masih memiliki potensi energi yang dapat dimanfaatkan sehingga recovery sampah masih dapat dilakukan,” tuturnya.
Penggunaan metode waste to energy ini juga diharapkan mampu membantu pengalihan kebutuhan sumber daya alam, seperti batu bara, sehingga dapat menurunkan ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam tidak terbarukan.
Pemanfaatan sampah sebagai sumber energi baru terbarukan ini juga sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam menjalankan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDGs) bersama kota-kota di dunia.
Adapun pembangunan ITF Sunter kini dilakukan dengan mekanisme penugasan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Hal ini tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Nomor 33 Tahun 2018.
Dalam aturan itu, PT Jakpro diberi tugas mulai dari pembangunan hingga operasional.
Sebagai informasi, timbunan sampah yang dihasilkan warga DKI Jakarta saat ini mencapai 7.800 ton/hari dan semuanya dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Oleh karena itu, pembangunan ITF Sunter menjadi solusi untuk mengurangi beban sampah di TPST Bantargebang.
“Selain itu juga diharapkan dapat tercipta pembangunan lapangan kerja,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Proyek ITF Aditya Bakti Laksana mengatakan, pembangunan ITF Sunter bukan sekedar investasi, tapi juga merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pasalnya, teknologi yang digunakan untuk mengatasi masalah sampah di ibu kota sangat ramah lingkungan karena sudah mengantongi standar emisi Euro 5.
“Itu sebabnya ITF Sunter menjadi salah satu solusi dan prioritas bagi DKI Jakarta untuk mampu menyelesaikan permasalahan persampahan di Ibu Kota," ujarnya.
Proyek ITF Sunter merupakan pengolahan sampah terbesar di Indonesia yang menghasilkan tenaga listrik dengan teknologi pengolahan sampah yang teruji, modern dan ramah lingkungan.
“Mohon doa dan dukungannya agar proyek ini dapat berjalan lancar dan menjadi solusi bagi Ibu Kota dan warga Jakarta, Maju Kotanya Bahagia Warganya,” kata Aditya.
Di sisi lain, Jakpro juga mengajak warga Jakarta untuk turut berkolaborasi dan berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Jakarta.
Hal ini bisa dimulai dengan kesadaran dalam mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dan memilah sampah sejak dari rumah.
Sampah yang menggunung dapat dihindari dengan menerapkan ekonomi sirkular sampah.
Sirkulasi sampah yang baik dapat bermanfaat bagi perekonomian dan sampah yang dibuang ke pembuangan akhir dapat diminimalisir.
Dengan berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan, pengelolaan sampah yang tepat dapat menjadi solusi bagi beberapa masalah seperti lingkungan, kesehatan, hingga solusi untuk mendapatkan nilai tambah dari sampah yang setiap hari dihasilkan.