Pemerintah Disarankan Tambah Hotel Karantina untuk Keberangkatan Jamaah Umrah Selain Asrama Haji
Zaldy menyampaikan bahwa regulasi pemberangkatan umrah yang sekarang sudah sangat baik dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Sebanyak 63 jamaah umrah Travel Jejak Imani Berkah Bersama mengikuti tes PCR dan screening kesehatan di rumah sakit yang ditunjuk Pemerintah Arab Saudi pada Selasa, 25 Januari 2022.
Jamaah umrah ini kemudian melaksanakan karantina satu hari sebelum keberangkatan sesuai dengan peraturan one gate policy yang ditetapkan oleh Kementerian Agama kepada jamaah umrah yang akan beribadah ke Tanah Suci.
Rencananya, jamaah ini akan bertolak ke Madinah pada Rabu (26/1/2022).
Diantara 63 jamaah umrah tersebut, tampak beberapa jamaah yang berusia lanjut dan ada pula yang berusia remaja 13 tahun.
Ragamnya usia jamaah umrah ini merupakan pelaksanaan kebijakan terbaru dari Pemerintah Arab Saudi bahwa jamaah di atas usia 12 tahun yang telah melaksanakan vaksin Covid-19 dua dosis dan dalam kondisi sehat.
Baca juga: Menteri Agama: Asrama Haji Layak Jadi Tempat Karantina Jemaah Umrah
Muhammad Rizaldy Latief selaku Presiden Direktur Travel Jejak Imani Berkah Bersama sekaligus certified tour leader yang membimbing 63 orang rombongan jamaah tersebut mengatakan berdasarkan peraturan dari Pemerintah Saudi dan Kementerian Agama Indonesia, tidak ada batasan atas usia untuk jamaah umrah asal Indonesia.
"Selama dalam kondisi sehat dan terjaga, sudah vaksin dua dosis, mulai usia 12 tahun, siapapun dapat berangkat umrah. Bahkan untuk orang berusia lanjut pun dapat berumrah selama dalam kondisi sehat dan prima serta mendapatkan rekomendasi dari dokter, dipersilakan untuk berangkat umrah," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Zaldy, sapaan akrab pimpinan travel umrah Jejak Imani, berterima kasih pada Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi atas dibukanya kembali dengan lebar pintu umrah untuk jamaah asal Indonesia.
Zaldy mengatakan bahwa banyak jamaah yang sangat berbahagia dan segera mendaftar begitu mengetahui umrah telah dibuka.
“Insya Allah dibukanya umrah ini juga akan membangkitkan kembali industri travel umrah yang sempat mati suri selama kurang lebih dua tahun. Insya Allah akan ikut sumbangsih untuk bangkitnya ekonomi Indonesia karena bagaimanapun travel umrah membutuhkan perangkat dan peralatan seperti koper, ihram, seragam, percetakan spanduk, ID card, bahkan juga hotel untuk tempat manasik, PCR dan lain sebagainya," ujarnya.
Lebih lanjut Zaldy menyampaikan bahwa regulasi pemberangkatan umrah yang sekarang sudah sangat baik dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Peraturan juga sangat menjaga jamaah agar tetap sehat dengan karantina dan PCR sebelum keberangkatan. Tindakan ini merupakan antisipasi agar tidak ada penularan Covid 19 antar jamaah. Insya Allah jamaah tetap aman dan sehat sampai di Arab Saudi dan juga sekembalinya ke Indonesia," katanya.
Zaldy sebagai salah satu pelaku bisnis travel haji dan umrah juga menyarankan kepada Kementerian Agama Indonesia agar peraturan one gate policy bisa ditinjau ulang kembali karena jika hanya menggunakan Asrama Haji sebagai karantina terpusat, akan menyulitkan jamaah terutama jika Asrama Haji penuh oleh banyaknya jamaah yang hendak berangkat umrah.
“Akan lebih baik jika Kemenag mengizinkan travel umrah menggunakan fasilitas hotel karantina H-1 keberangkatan dengan hotel selain Asrama Haji agar tidak rebutan. Dengan lebih banyak opsi hotel karantina lain, jamaah insya Allah bisa merasa lebih nyaman dan terjaga," ujarnya.
Zaldy kemudian juga menyarankan Pemerintah Indonesia agar mengizinkan karantina kepulangan umrah dipersingkat menjadi tiga hari dari sebelumnya tujuh hari dengan alasan bahwa jamaah umrah mengikuti serangkaian aturan dan protokol kesehatan yang ketat selama perjalanan di Arab Saudi hingga Indonesia.
“Di Arab Saudi, protokol dan tracing sangat ketat, Pemerintah Arab Saudi sangat menjaga protokol kesehatan. Jamaah umrah tidak boleh sembarangan umrah, mereka harus daftar terlebih dahulu dengan aplikasi Tawakalna yang terintegrasi pula dengan PeduliLindungi," katanya.
Menurut dia dengan itu maka jamaah juga sangat terjaga status kesehatannya dengan dilaksanakan tes PCR H-1 keberangkatan ke Arab Saudi, H+3 kedatangan setelah melakukan karantina di Arab Saudi.
Lalu H-1 saat kepulangan ke Tanah Air, dilanjutkan pula karantina.
"Insya Allah seluruh jamaah umrah terjaga status kesehatannya dan bila ada yang positif langsung pula ditangani oleh otoritas terkait,” ujar Zaldy.