Ikuti Jejak Perajin Tahu dan Tempe, Penjual Daging Sapi Juga Berencana Mogok Jualan, Ini Alasannya
Tak hanya perajin tahu dan tempe yang mogok produksi lantaran harga kedelai naik signifikan, pedagang daging pun akan melakukan hal serupa
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak hanya perajin tahu dan tempe yang mogok produksi lantaran harga kedelai yang naik signifikan.
Kini pedagang daging pun akan melakukan hal yang serupa.
Di Pasar Kramat Jati, kenaikan harga daging sapi dikeluhkan para pembeli.
Terlebih sejumlah kebutuhan lainnya seperti cabai, bawang hingga tomat juga ikut naik.
Sementara itu, stok daging sapi di Perumda Dharma Jaya dalam kondisi yang aman.
Hal ini dipastikan oleh Direktur Utama Perumda Dharma Jaya Raditya Endra Budiman menyusul kenaikan harga daging sapi di pasaran.
Pedagang Daging Sapi Bakal Mogok Jualan
Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa ia bersama pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait sejumlah pedagang daging di Ibu Kota akan melakukan aksi mogok dagang karena harga daging yang melambung tinggi.
"Kami mendapat laporan memang di beberapa titik akan melakukan aksi mogok dagang daging karena memang kita lihat di Jabodetabek ini cukup tinggi harga daging, bahkan ada yang mencapai 166.000 per kg," ucap Reynaldi kepada wartawan, Selasa (22/2/2022).
Menurut Reynaldi, hal ini menjadi sebuah bentuk perhatian, lantaran sebelumnya juga minyak goreng dan kedelai naik secara signifikan.
Baca juga: Hendak Beli Kopi, Pemuda di Kramat Jati Kena Peluru Nyasar, Polisi Selidiki Asal Usul Peluru
"Maka kami melihat ini menjadi bentuk perhatian karena kita belum selesai menyelesaikan persoalan minyak goreng, kedelai, timbul persoalan baru yaitu pedagang ingin mogok berjualan daging," ucap dia.
Sehingga, dirinya juga belum bisa memastikan mulai kapan, dan berapa lama para pedagang daging akan melakukan aksi mogok.
"Kami sedang mengumpulkan beberapa informasi yang pasti terkait mogok dagang daging ini," tutup dia.
Perumda Dharma Jaya Pastikan Stok Daging Sapi Dalam Kondisi Aman
Stok daging sapi di Perumda Dharma Jaya dalam kondisi yang aman.
Hal ini dipastikan Direktur Utama Perumda Dharma Jaya Raditya Endra Budiman menyusul kenaikan harga daging sapi di pasaran.
"Kalau untuk stok daging sih sebenernya gak masalah. Di Dharma Jaya perhari ini stoknya sih ada 103 ton-an," katanya, Selasa (22/2/2022).
Baca juga: Tragis, Perempuan Pencari Kerja di Tangerang Ditipu, Dirudapaksa dan Dirampok di Tengah Sawah
Menurutnya stok daging yang ada di Dharma Jaya merupakan daging beku.
Sehingga harganya relatif murah berkisar Rp 110 ribu perkilogram dan Rp 115 ribu perkilogram.
Bila nantinya ada aksi mogok dari pedagang daging, tak akan mempengaruhi stok daging di Dharma Jaya.
"Ya kami sebagai BUMD kalau memang mereka mogok dan suruh operasi pasar kita siap aja."
"Kalau kami kan kebanyakan dagingnya dari Australi dari daging beku relatif harganya lebih murah dari daging-daging yang ada di pasar tradisional. Harganya pasti lebih murah," tandasnya.
Harga Daging Sapi dan Cabai di Pasar Kramat Jati Naik Buat Pembeli Mengeluh
Setelah minyak goreng dan kedelai, kini beberapa harga komoditas lain ikut-ikutan naik, seperti daging sapi dan cabai.
Warga yang datang membeli daging sapi dan cabai di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur harus merogoh kantong lebih dalam.
Satu pedagang daging sapi, Ranta Wijaya mengatakan harga daging sapi di kiosnya kini naik menjadi Rp 130 per kilogram atau melonjak Rp 10 ribu dari harga sebelumnya.
"Dari bandar-bandarnya. Kita kan cuman beli dagingnya aja. Pembeli banyak ngeluh, biasa Rp120 ribu kok ini jadi Rp130 ribu," kata Wijaya di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (22/2/2022).
Baca juga: Petugas PPSU Duel Lawan 4 Begal di Kelapa Gading, Telapak Tangan Kena Bacok, Harus Dioperasi
Menurutnya kenaikan harga daging sapi tidak hanya terjadi di Pasar Kramat Jati, tapi juga di pasar tradisional lain dan diprediksi masih dapat melonjak hingga akhir bulan Februari 2022.
Kenaikan ini dikeluhkan pedagang daging sapi karena membuat omzet mereka berkurang, pasalnya banyak pembeli yang memilih mengurangi jumlah belanjaan dari biasanya.
"Bisa beli (dari bandar), ngejualnya enggak bisa," ujarnya.
Tidak hanya daging sapi, satu penjual sayur mayur di Pasar Kramat Jati di, Adha menuturkan harga cabai rawit di lapaknya melonjak dari yang sebelumnya Rp 55 ribu per kilogram menjadi Rp 70 ribu.
Sementara cabai keriting merah yang sebelumnya Rp 40 ribu per kilogram kini menjadi Rp 45 ribu, kenaikan ini hanya terjadi dalam hitungan hari sehingga dikeluhkan pembeli.
"Sekarang sih naik ya. Kemarin masih Rp55 ribu atau Rp60 ribu, sekarang Rp70 ribu yang cabai rawit, naiknya baru kemarin sore. Bawang merah juga satu minggu terakhir ini naik," tutur Adha.
Bawang merah yang semula berkisar Rp 25-30 ribu per kilogram kini naik menjadi Rp 40 ribu, sementara tomat dijual Rp 8 ribu per kilogram melonjak jadi Rp 15 ribu per kilogram.
Para pedagang dan pembeli berharap pemerintah dapat segera menstabilkan harga barang kebutuhan pokok sebelum memasuki bulan Ramadan pada April 2022 mendatang.
"Pembeli pasti banyak yang komplain. Sekarang kok segini ya harganya," lanjut dia.
Pedagang Daging Sapi Pasar Slipi Keluhkan Kenaikan Harga, Padahal Bulan Puasa Hampir Dua Bulan lagi
Hampir dua bulan sebelum puasa Ramadhan, pedagang daging sapi di Pasar Slipi, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat mengeluhkan kenaikan harga.
Pedagang daging sapi, Hamid mengaku setiap malam harga daging sapi naik sekira Rp, 2.000.
"Sudah hampir dua bulan ini, harganya naik, awalnya Rp, 120 ribu sampai Rp, 125 ribu, sekarang sudah Rp, 140 ribu perkilogramnya," kata Hamid saat ditemui, Senin (21/2/2022).
Hamid melanjutkan, kemungkinan sampai lebaran Idul Fitri 2022 nanti harga daging akan terus mengalami kenaikan.
Hal itu ia katakan setelah berkaca pada puasa tahun lalu yang terjadi kenaikan harga sekira Rp, 150.000-160.000 perkilogram.
Para pembelinya mengeluhkan kenaikan daging setiap harinya dan Hamid tidak bisa berbuat banyak.
Sebab, ia hanya seorang pedagang yang tidak bisa mengatur atau menurunkan harga daging sapi.
"Ya kami juga pedagang harga segitu sangat susah ngejualnya, biasanya pembeli dapat harga sekian, kok sekarang segini, pasti malas belinya," ucap dia.
Akibat kenaikan harga, Hamid merasakan sepi pembeli dan sehari ia hanya bisa menjual sekira 20 kilogram saja.
Padahal sebelum ada pandemi Covid-19 dan harganya normal ia bisa menghabiskan sekira 40 Kg sampai 50 kg.
"Rumah makan yang kami kirimin juga ngeluh kenaikan harga, mereka bingung harus jual berapa perporsi kalau harga dagingnya naik," jelasnya.
Baca juga: Jelang Bulan Ramadhan, Daging Sapi Berkualitas Berdikari Diminati RPH dan Masyarakat
Ia berharap kepada pemerintah bisa menekan angka daging sapi supaya harga jualnya tidak memberatkan dan membebani warga.
Masyarakat pastinya membutuhkan daging sapi ketika Lebaran nanti dan agar semua bisa makan daging maka pemerintah harus gerak cepat.
"Ya kalau enggak bisa mengendalikan harga, kami tetap jual harga tertinggi, meski kami merasakan sedih menjuak dengan harga mahal," terang Hamid. (tribun network/thf/TribunJakarta.com/Wartakotalive.com)