Gilbert Simanjuntak Soroti Penggunaan Bambu Sebagai Material Pembangunan Lintasan Formula E
Selain imbau Formula E diundur agar konstruksi lintasan berkualitas, Gilbert Simanjuntak juga soroti penggunaan bambu dalam pembangunan sirkuit
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai pihak menilai pengerjaan sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara terlalu dipaksakan.
Hal ini turut disampaikan oleh Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjutak.
Legislator DKI Jakarta itu menilai perseroan daerah PT Jakarta Propertindo (Jakpro) terkesan memaksakan pembangunan lintasan Formula E untuk dapat digunakan balapan pada 4 Juni 2022.
Pengawas Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta itu mengimbau, balap Formula E di Ancol hendaknya diundur dari jadwal agar hasil konstruksi lintasan berkualitas.
"Tidak ada kualitas pada sesuatu yang dikerjakan terburu-buru. Kalau pun itu jadi, maka saya menyesalkan kenapa mesti dipaksakan. Itu bisa ditunda, agar lebih berkualitas,” kata anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjutak pada Kamis (22/2/2022).
Baca juga: Ananda Mikola: Sirkuit Ancol Termasuk yang Terbaik dari Segi Panjang Lintasan
Baca juga: Menengok Lokasi Sirkuit Formula E di Ancol, di Tengah Polemik Penjualan Tiket
Politikus PDI Perjuangan itu menyontohkan seperti halnya proyek pembangunan Jalan Tol Cipularang yang menghubungkan Provinsi Jakarta dengan Kabupaten Purwakarta dengan Kota Bandung di Provinsi Jawa Barat.
Mega proyek yang selesai dibangun pada April 2005 itu dikerjakan mengejar waktu demi kegiatan Konferensi Asia Afrika, sehingga ruas jalan kerap mengalami kerusakan.
“Jalan tol Cipularang yang dibangun proses cepat karena hendak diadakan Konferensi Asia Afrika, hingga sekarang tidak tuntas pada daerah rawa. Melihat daerah yang dibangun dulu ada berawa, sampai sekarang juga tidak bagus, sering masalah dan dibongkar pasang,” ujar Gilbert.
Selain itu, Gilbert juga menyoroti penggunaan bambu sebagai material pembangunan lintasan Formula E.
Proyek yang digadang sebagai ramah lingkungan itu justru mengorbankan bambu yang didatangkan dari daerah Lampung dan Palembang
“Formula E yang digadang-gadang, itu bukan green race seperti sesumbar Gubernur dan Panitia. Mereka malah mengorbankan daerah hijau untuk kepentingan politiknya, karena Formula E ini lebih kental kepentingan politik Gubernur dengan mengorbankan uang rakyat,” jelas Gilbert.
Baca juga: Ledakan di Kawasan Merak Sebabkan 6 Orang Alami Luka Bakar, Polisi Pastikan Bukan Bom
Baca juga: Tempe Hadir Lagi di Pasar, Pedagang Pasar Kopro Tanjung Duren Naikan Harga Jual Rp 1.000
Lalu, Gilbert menyinggung proyek revitalisasi sisi selatan Monas, Jakarta Pusat pada 2020 yang dianggap merusak lingkungan.
Sebab, proyek itu memangkas pohon-pohon yang ditanam oleh para pendiri bangsa sekaligus para delegasi dari negara sahabat Indonesia.
“Setelah membabat Monas, sekarang menggunakan kayu dan bambu untuk Formula E yang mengatakan green racing. Ini sebuah pembohongan publik yang harus jadi catatan serius, untuk ambisi politik,” imbuhnya.