Lokalisasi Sepi, PSK di Puncak Bogor Nyaman Jajakan Diri Secara Online, Uang Tak Dipotong Muncikari
Bisnis prostitusi di Puncak Bogor kini ikut memanfaatkan teknologi yang berkembang, para PSK pilih jajakan diri di MiChat karena tanpa potongan.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Bisnis prostitusi di Puncak Bogor kini ikut memanfaatkan teknologi yang berkembang.
Pekerja Seks Komersil atau PSK di Puncak Bogor menjajakan diri mereka melalui aplikasi MiChat.
Menurut para PSK di Puncak Bogor, MiChat lebih menguntungkan karena tanpa melalui perantara muncikari.
Alhasil tarif yang diterima para PSK tidak dipotong oleh muncikari.
Hal ini berbeda ketika mereka menjajakan diri di tempat lokalisasi.
Para PSK akhirnya beralih ke MiChat juga karena tempat lokalisasi yang biasa digunakan untuk menunggu pelanggan sudah sepi.
Pada pelanggan yang datang sudah jauh berkurang, sehingga mereka lebih nyaman menjajakan diri melalui aplikasi MiChat.
Tak hanya itu, para PSK di Puncak Bogor tersebut juga melayani pelanggannya di kamar kosan.
Sehingga mereka tak perlu lagi menyewa kamar hotel untuk memuaskan pelanggannya tersebut.
Tarif PSK di Puncak Bogor ini juga beragam dengan pasaran sekitar ratusan ribu.
Untuk mengetahui mereka merupakan PSK atau bukan, akan ada informasi yang tertera di akun MiChat.
Biasanya, para PSK itu akan mencantumkan keterangan open BO atau booking online pada akunnya.
TribunnewsBogor.com pun berkesempatan mewawancarai seorang PSK di Puncak.
Anggrek, nama samaran, menuturkan kalau saat ini dirinya lebih nyaman menjajakan diri melalui aplikasi MiChat.
Dirinya menjajakan diri di MiChat, tanpa melalui perantara muncikari.
Anggrek menuturkan, selepas longgarnya PPKM, bisnis lokalisasi di Puncak kini berjalan perorangan.
Banyak PSK di Puncak Bogor yang biasanya menjajakan diri di tempat lokalisasi, kini memilih menawarkan diri melalui MiChat.
Hal itu dikarenakan para pelanggan di tempat lokalisasi kini sudah sepi.
“Udah beda zaman, dulu emang ke lokasi sekarang kan udah canggih tinggal download aplikasi MiChat langsung bisa booking,” tutur Anggrek kepada TribunnewsBogor.com, Senin (4/7/2022).
Anggrek pun mengaku, saat ini ia kerap melayani pelanggannya itu di tempat kosannya yang berada di kawasan Puncak Bogor.
“Lebih enak kan gak ada potongan," tutur dia.
Baca juga: 2 Remaja di Bandar Lampung Buka Bisnis Prostitusi Online, Kekasihnya Dijual Rp 250-800 Ribu
Ia pun mengaku bayarannya untuk sekali kencan tidak lebih dari Rp 500 ribu.
"Kalau sekarang Rp 350 ribu per malam, Rp 300 ribu net,” kata Anggrek lagi.
Menanggapi hal tersebut, Kasi Trantib Satpol PP Kecamatan Cisarua, Efendi mengatakan belum menerima laporan adanya praktek prostitusi di sejumlah vila sewaan dan belum adanya laporan bisnis prostitusi melalui aplikasi.
Namun demikian, dirinya akan melakukan razia dan patroli terhadap vila yang disinyalir jadi tempat praktek prostitusi.
Efendi pun mengatakan, saat ini Satpol PP Kecamatan Cisarua juga tengah melakukan pengamanan libur sekolah.
Di antaranya dengan melakukan razia penjual miras serta tempat yang dijadikan sekelompok remaja melakukan perbuatan negatif.
"Di libur sekolah ini kita antisipasi melakukan giat razia seminggu dua kali," tandasnya.
Lokalisasi Puncak Tenar di Tahun 90-an
Dilansir dari Wartakotalive.com, praktik protistusi kawasan Puncak tersebut terbilang sangat terkenal di kalangan masyarakat.
Para PSK kawasan Puncak Bogor ini, kebanyakan dihadiri PSK berusia remaja, hingga PSK Timur Tengah.
Tak sedikit sejumlah pria hidung belang menjajakan nafsu birahinya ke para PSK Kawasan Puncak Bogor.
Menjamurnya hotel dan villa Kawasan Puncak, membuat para PSK leluasa layani pria-pria hidung belang.
Demi kebutuhan hidup sehari-harinya, jasa para PSK Kawasan Puncak itu pun meraup keuntungan banyak.
Baca juga: Satpol PP Gresik Amankan 9 Wanita yang Diduga PSK di Dua Warung Kopi
Pada era tahun 90-an, sebuah lokalisasi PSK Gang Semen, kawasan Cibogo, Megamendung, ini menjadi tenar.
Dikenal dengan sebutan Gang Semen, lantaran jalan masuk tersebut diketahui terbuat daru pluran semen.
Bahkan, ada juga yang menyebutkan apabila di kawasan tersebut dulunya merupakan pabrik semen merah sehingga dinamai Gang Semen.
Komplek Gang Semen itu bangunan rumah tinggal dibuat bertingkat dan berdempetan dan berhadapan.
Bila diibaratkan seperti komplek ruko. Bagi pendatang baru untuk masuk ke lokalisasi tersebut agak ribet.
Sebab, penjaga keamanan berpakaian preman dengan garang menanyakan keperluan pengunjung.
Maklum takut ada petugas yang menyamar. Berbeda dengan pelanggan.
Mereka dapat langsung masuk dan disambut para PSK yang rata-rata sudah berdiri di tempat mereka bekerja.
Para PSK tersebut berasal dari Cianjur, Sukabumi, Kuningan dan Indramayu.
Baca juga: Pelajar Pria di Nunukan Jadi Pelampiasan Nafsu Mantan PSK: Berpacaran, Sering Dijemput di Asrama
Ada yang berusia remaja, muda sekira 20 tahunan ke atas dan berumur 30 tahunan.
Jika tidak salah tarif PSK tersebut berkisar minimal Rp 500.000 lebih.
Nilainya cukup besar pada tahun 90-an hingga tahun 2000-an.
Di lokaslisasi terbesar di Kabupaten Bogor itu juga terdapat sejumlah hotel yang dipergunakan untuk lampiaskan hawa nafsu.
Pada tahun 2009 lokalisasi Gang Semen ditutup oleh Bupati Bogor, Rachmat Yasin.
Meski demikian disebutkan bahwa para PSK tersebut ada yang pindah ke Gang Sempit dan Gang Bengkel.
Selain itu ada juga yang bekerja sendiri dengan memanfaatkan warga setempat mencarikan pelanggan.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Curhatan PSK di Puncak Makin Laris Manis Jajakan Diri Tanpa Mucikari, Ternyata Rahasianya karena Ini,
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.