PEVS 2022: EV Track Zone & Program Talkshow Bersama Ketua Komisi VII DPR RI Jadi Magnet Utama
Perhelatan PERIKLINDO Electric Vehicle Show (PEVS) 2022 memasuki penyelenggaraan hari kedua, dan kegiatan yang menjadi magnet utama
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhelatan Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022 memasuki penyelenggaraan hari kedua, dan kegiatan yang menjadi magnet utama pada hari kedua ini diantaranya Indoor Test Ride dan juga Talkshow oleh Formula Electric Student.
Antusiasme tinggi datang dari pengunjung yang hadir untuk melihat langsung kendaraan listrik yang dipamerkan.
Pengunjung juga memadati area EV Track Zone, sejumlah brand pada area lokasi test ride tak luput dilirik oleh pengunjung diantaranya unit Gesits G1, NIU, dan Rakata NX 3. Tercatat lebih dari 100 pengunjung yang mencoba kendaraan listrik pada area yang berada di hall C3.
Pengunjung yang ingin melakukan Indoor Test Ride di PEVS 2022 tidak perlu membayar biaya tambahan, cukup mendaftarkan diri di area pendaftaran.
Pengunjung dapat melakukan Test Ride di dalam ruangan dengan kualitas udara yang terjaga, karena kendaraan listrik adalah kendaraan tanpa emisi.
Pelaksanaan hari kedua PEVS 2022 semakin ramai dengan adanya Talkshow Formula Electric Student bertajuk ‘Kendaraan Listrik dan Renewable Energy’.
Talkshow dibuka dengan penyampaian kata sambutan oleh Sekretaris Jenderal Periklindo, Tenggono Chuandra Phoa.
“Saya harap kepada adik-adik mahasiswa yang ada di Indonesia, ayo kita bangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia sehingga kita bisa menjadi produsen kendaraan listrik yang lebih baik lagi. PERIKLINDO siap mendorong dan mendukung berkembangnya kendaraan listrik di Indonesia. Kami juga berharap Bapak-Ibu Anggota DPR dapat menciptakan peraturan yang mendukung keberlangsungan kendaraan listrik kedepannya," papar Tenggono.
Kegiatan talkshow berlangsung menarik dengan hadirnya Ketua Komisi VII (Bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Riset, Teknologi, Inovasi dan Perindustrian) DPR RI Sugeng Suparwoto dan Head Formula Electric Student Yanuar Anaba selaku narasumber.
Menurut Sugeng, energi fosil yang meliputi minyak, gas dan batubara hari ini menimbulkan problem sistemik karena bersifat polutif, keberadaan yang semakin terbatas, dan rentan dalam harga internasional yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk faktor politik. Ia menambahkan, Indonesia bertekad untuk mengurangi emisi karbon.
“Kendaraan listrik roda empat, roda dua atau kendaraan listrik yang lebih besar sangat penting sekali untuk menekan karbon dan sekaligus mengurangi penggunaan BBM. Hari ini, BBM kita sangat tergantung dari impor dan berimplikasi pada APBN kita berjumlah Rp426 triliun sedangkan pada tahun 2023 mendatang, subsidi APBN diperkirakan akan naik menjadi Rp502 triliun. Maka dari itu, hari ini kita harus bersepakat untuk menekan serendah mungkin karbon yang muncul dari energi fosil. Kita baru 14 persen kurang lebih memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Dengan adanya perubahan suhu yang sangat signifikan, sehingga perlu untuk menekan penggunaan energi fosil dan meningkatkan penggunaan EBT. Adanya kendaraan listrik akan sangat membantu menekan konsumsi BBM," urai Sugeng.
Menurut Sugeng, Indonesia kaya akan EBT. Pertama energi surya dengan potensi 3000 GW seluruh Indonesia sedangkan hari ini total listrik se-Indonesia baru 65 GW.
Dan cadangan yang bisa segera diinstal 220 GW. EBT lain yang dimiliki Indonesia adalah Hidro, Bioenergi, Bayu, Panas Bumi dan Laut.
“Maka dari itu, saya mendorong agar adik-adik mahasiswa untuk terus inovatif memecahkan persoalan energi fosil dan bertransformasi menuju EBT. Manfaat EBT yang dapat dirasakan antara lain, menurunkan emisi dan menyerap tenaga kerja. Indonesia memiliki potensi EBT melimpah hingga 420 GW. Nilai investasi EBT dari Foreign Direct Investment sebesar $13.3 triliun untuk investasi new power generation assets hingga 2050 secara global. EBT dapat meningkatkan keuntungan ekonomi 3 s/d 8 kali lipat, dan cadangan nikel Indonesia menjadikan Indonesia pemain kunci global untuk industri baterai listrik sebagai komponen utama era elektrifikasi," jelas Sugeng.