Pergelaran Wayang Rasa Rupa “Bhisma” Padukan Wayang Orang, Komik dan Film
Para penggiat seni pertunjukan wayang orang terus menciptakan bagaimana kesenian adiluhung ini beralih bentuk senapas dengan kondisi zaman.
Penulis: Toni Bramantoro
“Melalui upaya ini kita harapkan terjadi regenerasi penonton dalam pengetahuan yang tuntas. Bukan menyukai wayang karena bentuknya, tapi sekaligus memahami ceritanya. Memahami substansi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” harap Nanang.
Aktor wayang Agus Prasetyo, yang juga bertindak sebagai sutradara dalam pertunjukan ini menyampaikan, kesenian wayang sebagai kekayaan budaya menghadapi tantangan. Kendati berbagai inovasi wayang dilakukan oleh para seniman, namun belum mampu menarik generasi muda terhadap wayang secara optimal.
“Dengan format lintas media kita harapkan pertunjukan ini dapat menjembatani, anak muda yang kurang faham wayang. Di masa depan kita berharap anak-anak remaja dapat lebih menyukai kesenian wayang. Bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarat kandungan nilai-nilai,” ujar Agus.
Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma,” menceritakan tentang kepahlawanan dan kesetiaan Bhisma menjaga negeri tercintanya. Bahwa pengorbanan hidup yang ia berikan tidak serta-merta menjadi tonggak ketenteraman dan kedamaian di Negeri Hastina. Tak urung Bharatayudha pun terjadi.
Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma,” juga dianugerahkan sebagai hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan RI Ke-77. Sekaligus mangayubagyo HUT Ke-47 Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI) sebagai organisasi pewayangan garda terdepan yang senantiasa setia menjaga, melestarikan, dan mengembangkan wayang Indonesia.
Juga merupakan perjuangan segenap lapisan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita luhur, yaitu; menjadikan Indonesia sebagai “Rumah Wayang Dunia.”
Pergelaran ini didukung SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) sebagai Induk Organisasi Panitia Tetap TWI (Teater Wayang Indonesia), Gedung Pewayangan Kautaman, dan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia).