7 Tahun Jadi Misteri, Ayah Akseyna Harap Kasus Kematian Anaknya di Danau Kenanga UI Tidak Kadaluarsa
Ayah almarhum Akseyna Ahad Dori, Mardoto datangi Kantor Kompolnas Rabu (5/10/2022) berikan informasi dan petunjuk baru terkait kasus kematian anaknya.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, PANCORAN MAS – Ayah almarhum Akseyna Ahad Dori, Mardoto mendatangi Kantor Kompolnas, Rabu (5/10/2022).
Tujuannya untuk memberikan sejumlah informasi atau pun petunjuk baru terkait kasus kematian sang anak, Akseyna Ahad Dori.
Untuk informasi, Akseyna Ahmad Dori merupakan mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (UI), yang ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015 silam.
Kematian Akseyna pun hingga kini masih menjadi misteri, diduga Akseyna meninggal akibat dibunuh.
Selesai bertemu dengan Kompolnas, Mardoto mengatakan bahwa pihaknya meminta kepolisian dalam hal ini Polda Metro Jaya dan Polres Metro Depok untuk mendalami kasus kematian anaknya.
“Ini sedang rapat ketiga, Kompolnas, Polres Depok, dan Polda untuk mendalami dan menindaklanjuti sesuai dengan permintaan kami. Jadi saya berharap kepada mereka untuk menindaklanjuti dan sepertinya mau dibuat tim,” kata Mardoto pada wartawan di lokasi, Rabu (5/10/2022).
Mardoto menuturkan, dirinya sempat bertanya kapan waktu kadaluarsa kasus kematian anaknya.
“Saya tadi nanya ke salah satu (anggota) Kompolnas, kapan kaduluarsa kasus Akseyna, menurut beliau kasus pembunuhan berencana itu 18 atau 19 tahun. Kalau kasus ini kemungkinan 12 tahun, tetapi ini udah tahun ke-7 makanya saya harap mereka menuntaskan jangan sampai kadaluarsa,” ungkapnya.
Sebelumnya juga diberitakan, Mardoto merasa keberatan dengan sejumlah poin dalam surat tanggapan yang diberikan oleh Kompolnas, terkait surat yang dilayangkan oleh pihaknya lebih dulu.
Mardoto mengatakan, surat tersebut tersasar musabab alamat yang tertera tidak sesuai dengan alamat kediamannya.
“Surat nyasar enggak karuan. Kompolnas menuliskan alamat rumah kami di Sleman, Karawang, Jawa Barat. Oleh ekspedisi lalu dilempar lagi ke Sleman DIY tapi alamat ngawur. Nomor telepon yang dicantumkan pun bukan nomor kami, entah nomor telepon siapa. Padahal, kami sudah menyertakan alamat dan nomor telepon lengkap saat mengirim surat. Akibatnya, surat nyasar cukup jauh sekitar tujuh kilometer dari rumah kami,” tuturnya kala dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
“Penerima surat tersebut lalu mengunggah surat ke grup WhatsApp desanya, menanyakan apakah ada orang yang kenal atau tahu alamat tujuan surat itu. Beruntung, salah satu kenalan kami tinggal di desa tersebut sehingga membaca unggahan di grup dan menginformasikan pada kami,” sambungnya lagi.
Mardoto mengatakan tidak akan pernah tahu bilamana surat tersebut menyasar dan diterima oleh orang yang tak dikenal keluarganya.
“Andai surat itu nyasar di tempat orang yg tak kenal kami, maka kami tidak akan pernah tahu kalau ternyata penanganan kasus Akseyna sebegini tidak seriusnya,” keluhnya.