Kisah Anak Petani Prajurit KRI, Sempat Gagal 9 Kali Tes TNI-Polri Kini Berdinas di Teluk Palu-523
Dibalik pencapaiannya masuk ke koorps pelaut TNI, pria yang saat ini berpangkat Klasi Satu itu punya perjalanan panjang yang penuh tantangan.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM - “Peran muka belakang, peran muka belakang,” bunyi komando dari pengeras suara KRI Teluk Palu-523 saat hendak bertolak menuju Tidore dari Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/11/2022).
Puluhan Prajurit KRI yang diresmikan pada awal tahun 2022 itu pun melakukan parade dengan bertelak pinggang di lambung kiri kapal, sebagai bentuk penghormatan kepada petugas di dermaga.
Fachri Muhammad merupakan satu dari puluhan prajurit yang mengawaki Kapal Perang RI atau KRI Teluk Palu-523 oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono.
Dibalik pencapaiannya masuk ke koorps pelaut TNI, pria yang saat ini berpangkat Klasi Satu itu punya perjalanan panjang yang penuh tantangan.
Sejak lulus SMA Metro 2 Lampung pada 2016 silam, ketertarikan Fahri di dunia militer begitu tinggi.
Sebab setelah tamat pendidikan menengah atas itu, pria yang kini berusa 24 tahun ini langsung mendaftarkan diri menjadi Polisi.
Namun dia belum beruntung kala itu.
“Saya langsung ditolak karena tingginya kurang,” kenang Fachri saat berbincang dengan Tribunnews.com kala berlayar dalam rangka Sail Tidore 2022.
Gagal masuk koorps bhayangkara tak membuat pria kelahiran Simbar Waringin, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, 21 Februari 1998 itu patah semangat.
Fahri justru kembali mengikuti tes, yang kali ini dari TNI Angkatan Darat pada April 2016. Namun lantaran persiapan yang kurang matang, anak bungsu dari dua bersaudara ini kembali gagal.
“Saya gugur lagi (dengan alasan) kesehatan, karena varises waktu itu,” katanya.
Empat bulan berselang, tepatnya pada Agustus 2016, pria berketurunan suku Jawa ini kembali mengikuti seleksi masuk TNI Angkatan Darat.
Lagi-lagi karena persiapan yang kurang, Fachri kembali mengalami kebuntuan.
Masih di tahun yang sama, pada Bulan Desember, Fahri mencoba peruntungan baru. Ia mengikuti tes seleksi masuk TNI Angkatan Laut yang hasilnya tak jauh berbeda dari sebelumnya.
Alasan kegagalannya pun sama, soal fisik dan kesehatan.
“Saya daftar lagi angkatan laut di Desember, saya gagal angkatan lautnya, kesehatan lagi,” ujarnya.
“Waktu itu gigi saya infeksi. Grahamnya tumbuh, jadi bengkak.”
Gagal berkali-kali tak membuat Fachri gentar. Pada tahun berikutnya, dia kembali mengikuti tes polisi pada awal 2017, yang berakhir dengan kegagalan.
Enam bulan berselang, Fachri kembali mendaftarkan diri ke Angkatan Laut pada Juli yang juga berakhir pada kegagalan.
“Total hampir 7 kalau gagal ini.”
Berkali-kali menghadapi kebuntuan membuatnya mencoba hal baru. Ia akhirnya memutuskan untuk mengenyam bangku pendidikan perguruan tinggi.
Ia berkuliah di Universitas Lampung dengan jurusan ilmu politik. Selama berkuliah, hasrat Fahri menjadi abdi negara nyatanya tak luntur.
Baca juga: Cerita Prajurit KRI Teluk Palu-523 Alami Mabuk Laut Saat Pertama Kali Berlayar
Semester demi semester waktu perkuliahan berlalu, akhirnya pada 2018 Fahri kembali mendaftar menjadi polisi.
Kali ini langkahnya lebih mulus lantaran dia berhasil mencapai pantohir.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, perjuangan Fahri kembali kandas meski menjadi anggota polisi sudah di depan mata.
“Semester 3 karena saya penasaran, saya coba-coba daftar lagi dan alhamdulillah pantohir di kepolisian. Sampai pantohir, ya, ya mungkin bukan rejeki saya, akhirnya saya gagal,” ucapnya mengenang masa sulit.
Setelah pencapaian itu, Fachri pun memutuskan kembali melanjutkan perkuliahannya hingga semester 4.
Namun kali ini, pria yang masuk sebagai korps pelaut ini bukan tanpa persiapan. Berkali-kali mengalami kegagalan menjadi catatan tersendiri baginya.
Gagal dalam tahap paling akhir menjadi polisi membuatnya banyak mengevaluasi diri.
“Saya mulai cek apa sih kurang saya, dari tes-tes sebelumnya. Jadi selama saya semeser 1-2 itu selain kuliah, saya juga persiapkan diri, berolahraga. Meski enggak terlalu berat yang penting rutin,” tutur Fachri.
Hingga pada saat semester 4 masa perkuliahan, Fahri kembali mendaftar TNI Angkatan Laut. Setelah menjalani serangkaian tes, pada Oktober 2018, anak dari seorang buruh tani dan ibu rumah tangga ini akhirnya resmi menjadi koorps pelaut.
“Saya masuk AL 2018, itu Oktober. Saya sudah mendaftar instansi sebanyak 9 kali, kurang lebih dari polisi, AD, AL,” tuturnya.
Dilarang Orangtua Daftar TNI-Polri Lantaran Gagal Berkali-kali
Dibalik sepak terjangnya hingga kini menjadi Prajurit KRI, ternyata Fahri sempat dilarang orangtuanya mendaftar TNI-Polri.
Peristiwa itu terjadi saat Fachri mencapai tahap pantohir dan kembali gagal. Sosok yang melarangnya mendaftar tak lain adalah ayahnya.
“Awalnya itu saya gagal polisi, bapak benar-benar stop, gak boleh daftar polisi lagi. dilarang banget,” katanya.
“Tapi dari ibu, mama saya bilang kaya masrahin diri, udah kamu mau jalanmu apa ibu dukung.”
Hingga pada akhirnya, Fachri berbicara dengan kedua orangtuanya. Dia meminta restu perihal niatnya mendaftar sebagai TNI-Polri.
Meski optimis, rasa gentar pun tetap ada dalam benak Fachri. Bahkan dengan kekhwatirannya itu, dia sempat pasrah jika tes yang dilakukannya terakhir kali itu akan tetap berakhir pada kegagalan.
“Terakhir kali saya daftar kalau misalnya saya daftar saya nurut aja orang tua lah. Yang kesembilan ini tes minta doa restu.”
“Kalau saya enggak lulus, yaudah terserah. Ngarit di rumah aja ga apa-apa lah, ngangon kambing enggak apa-apa. Saya cuma minta doa restu aja terus saya berangkat,” tutur Fachri.
Motivasi Dibalik 9 Kali Gagal Tes TNI-Polri
Layaknya ombak yang tak hancur dihantam karang, kerasnya motivasi Fachri tak lepas dari ambisinya untuk membanggakan kedua orangtuanya.
Latar belakang yang notebene berasal dari keluarga kurang mampu, memperkuat asa Fachri.
“Selain membanggakan orang tua, saya ingin membangkitkan ekonomi keluarga. Terus dari situ saya punya motivasi. Orang lain aja bisa kenapa saya enggak,” ujarnya.
Sementara itu, Fahmi turut mengungkap dibalik kekukuhannya menjadi anggota TNI-Polri. Ia berkisah bahwa dahulu pernah mengikuti kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka).
Fahmi ikut Pramuka sejak SMP hingga menjadi mahasiswa. Adapun kegiatan Pramuka yang diikuti yakni Saka Bhayangkara dari kepolisian.
Dari Saka Bhayangkara itu, Fahri banyak mengenal perwira menengah di lingkungan TNI-Polri, mulai dari Kapolres hingga Dandim.
“Sebenarnya sih dulu pikiran saya selain kerja pingin bisa kaya pelatih saya, bisa melatih pramuka. Awalnya dulu kaya begitu,” ujarnya.
“Makanya kalau enggak kepolisian, di militer.
Kegiatan dulu dibuat asik kan, jadi selain ingin bantu ekonomi keluarga, saya ingin kaya pelatih saya, bisa mencerdaskan bangsa terutama dari pramuka. Dahulu motivasinya itu,” lanjut Fachri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.