Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fajri Mengalami Syok Septik dan Sepsis AKI yang Picu Kondisinya Kian Memburuk, Ini Penjelasan RSCM

Dokter ICU RSCM, dr Sidharta Kusuma Manggala SpAn-KIC, menjelaskan kondisi awal hingga akhir sebelum pasien obesitas Muhammad Fajri meninggal dunia.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Fajri Mengalami Syok Septik dan Sepsis AKI yang Picu Kondisinya Kian Memburuk, Ini Penjelasan RSCM
Tim Damkar Kota Tangerang
Pasien obesitas Muhammad Fajri (26) saat dipindahkan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, dengan menggunakan truk, Jumat (9/6/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter ICU di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) D Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Sidharta Kusuma Manggala SpAn-KIC, menjelaskan kondisi awal hingga akhir sebelum pasien obesitas Muhammad Fajri (27) dinyatakan meninggal dunia.

Ia mengatakan Fajri sudah sebulan terakhir tidak bisa tidur secara telentang.

Ini menandakan munculnya masalah medis terkait kardio respirasi atau masalah pada organ paru serta jantungnya yang cukup serius.

"Jadi memang sebulan ini, memang pasien MF (Fajri) memang sudah mulai tidak bisa tidur telentang, artinya memang sudah mulai ada masalah medis yang cukup serius terkait dengan kardio respirasi atau masalah paru-paru dan masalah jantungnya," kata dr Sidharta, dalam konferensi pers terkait meninggalnya pasien obesitas Muhammad Fajri, Kamis (22/6/2023).

Sebelumnya, kata dia, tepatnya beberapa bulan lalu, Fajri sempat disarankan untuk dibawa ke rumah sakit.

Hal itu karena kaki kanannya telah menunjukkan adanya infeksi.

Baca juga: Petugas Damkar Bantu Proses Pemakaman Fajri, Pria Obesitas Berbobot 300 Kg di TPU Menteng Pulo

BERITA TERKAIT

Namun, pada saat itu, Fajri masih belum mau dibawa ke rumah sakit.

Hingga akhirnya kondisinya kian memburuk, sehingga ia pun 'mau tidak mau' harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

"Dan kemudian sebenarnya tuan MF ini sekitar beberapa bulan yang lalu sudah disarankan juga untuk ke RS, terkait kaki sebelah kanannya yang memang ada infeksi. Namun beliau masih belum mau untuk ke RS, sehingga akhirnya kondisinya semakin menurun, beliau dibawa ke RS," papar dr Sidharta.

Dokter Spesialis Anestesi Konsultan Perawatan Intensif ini pun menekankan bahwa saat dirujuk ke RSCM pun, pihaknya telah melihat bahwa kondisi Fajri memang sudah dalam kondisi 'tidak baik-baik saja'.

Baca juga: Tim Dokter RSCM Ungkap Kondisi Fajri Sebelum Meninggal: Alami Masalah Medis Serius Kardiorespirasi

"Jadi memang kondisi tuan MF sendiri saat datang ke rumah sakit kami memang kondisinya dalam kondisi yang tidak baik," tutur dr Sidharta.

Selanjutnya, perawatan intensif pun dilakukan terhadap Fajri karena kasus ini dianggap sebagai kasus langka.

Sesak nafas yang dialami Fajri pun kian terasa berat sehingga ia membutuhkan alat bantu pernafasan berupa ventilator.

"Kemudian setelah itu tuan MF setelah di sini sesaknya semakin memberat, sehingga membutuhkan bantuan pernafasan. Bantuan pernafasan, dipasang ventilator," kata dr Sidharta.

Karena pemasangan ventilator cukup menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman, maka ia pun diberikan obat sedasi.

Perlu diketahui, sedasi merupakan penggunaan obat anestesi yang berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadaran pada pasien.

Baca juga: Sebelum Meninggal, Fajri Dirawat 14 Hari di ICU, RSCM: Tim Dokter Telah Berusaha Maksimal

Sehingga pasien pun akan merasa mengantuk, obat ini juga dapat menghilangkan rasa cemas tanpa kehilangan komunikasi secara lisan.

"Saat dipasang ventilator itu beliau mendapatkan obat-obatan yang namanya obat sedasi, karena proses pemasangan ventilator itu adalah proses yang cukup nyeri dan tidak enak ya, sehingga kita harus memberikan obat-obat namanya sedasi," jelas dr Sidharta.

Sebelumnya Fajri juga sempat dilakukan assessment pada bagian psikiatri.

Lalu kondisinya mengalami penurunan sehingga dipasangkanlah ventilator.

"Jadi tuan MF itu setelah masuk ke RSCM sempat diasses oleh bagian psikiatri, mungkin bukan bagian saya ya. Kemudian setelah itu kondisinya perburukan, dan kemudian dengan ventilator. Sehingga kesadarannya itu kita bisa bilang dalam pengaruh obat, tidak full sadar sekali," papar dr Sidharta.

Dalam hari-hari penanganannya di RSCM, tentunya di bawah pengawasan para dokter spesialis di rumah sakit tersebut, kondisi infeksi pada kaki Fajri pun semakin parah.

Terdapat pula infeksi yang terjadi pada organ paru-parunya, infeksi inilah yang menimbulkan kejadian syok septik.

"Kemudian dalam perjalanannya ternyata kita lihat infeksi di kakinya itu semakin berat, dan juga ada infeksi di bagian paru-parunya, kemudian infeksi ini kita bisa bilang menimbulkan kejadian yang namanya syok septik," kata dr Sidharta.

Syok septik adalah salah satu kondisi darurat yakni infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat rendah.

Kondisi infeksi berat yang dialami Fajri kemudian coba diatasi melalui pemberian antibiotik.

"Nah syok septik ini adalah suatu keadaan di mana terjadi respons tubuh terhadap infeksi yang berat, nah infeksi yang berat ini kita atasi dengan pemberian antibiotik," papar dr Sidharta.

Sidharta pun menyebutkan gejala syok septik lainnya yang dialami Fajri, mulai dari gagal pada organ jantung, pembuluh darah, turunnya tekanan darah, hingga masalah pada ginjalnya.

"Kemudian ciri-ciri syok septik lainnya adalah kegagalan organ, jadi dia mulai gagal organ jantungnya kemudian pembuluh darahnya, kemudian tekanan darahnya mulai turun, ginjalnya bermasalah juga," tutur dr Sidharta.

Sepsis yang dialami Fajri tergolong berat dan kondisi ini merupakan penyebab 50 persen kasus cedera ginjal akut atau Accute Kidney Injury (AKI) pada pasien kritis.

Perlu diketahui, sepsis adalah infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dari infeksi.

Sidharta mengatakan bahwa terkait kondisi ginjal Fajri yang bermasalah, maka dilakukan terapi pengganti ginjal bersama Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr Pringgodigdo Nugroho SpPD-KGH, FINASIM, serta berkoordinasi pula dengan dokter spesialis lainnya.

Termasuk yang terkait dengan pencernaan, karena pencernaannya pun turut bermasalah.

"Karena sepsis AKI, kita kemudian lakukan dengan terapi pengganti ginjal bersama dengan Dokter Pringgo, spesialis dokter ginjal dan hipertensi, kemudian berkoordinasi dengan dokter lainnya, dokter pencernaan juga (karena) pencernaannya juga kena masalah," kata dr Sidharta.

Oleh karena itu dirinya menyebut kasus yang dialami Fajri ini komplek karena bukan hanya terkait masalah obesitas saja.

Namun juga kemunculan infeksi yang berdampak signifikan pada kerusakan organ tubuhnya hingga akhirnya kondisinya pun terus mengalami penurunan.

"Sehingga kita bisa bilang bahwa akibat dari infeksi tadi itu mengakibatkan kegagalan organ tubuh namanya multi organ dysfunction syndrome, nah ini yang membuat kondisinya semakin menurun," jelas dr. Sidharta.

Meski berbagai terapi telah diberikan oleh tim medis RSCM, namun akhirnya Fajri pun tidak mampu bertahan.

Pemuda itu meninggal dunia pada Kamis (22/6/2023) dini hari, pukul 01.25 WIB, setelah dirawat di RSCM sejak 9 Juni lalu.

"Dan memang pada akhirnya tadi malam kami sudah tidak bisa mempertahankan kondisi beliau lagi, terapi-terapi sudah kami berikan," pungkas dr. Sidharta.

Sebelumnya, pria yang mengalami obesitas karena memiliki bobot tubuh mencapai 300 kilogram (kg), Muhammad Fajri (27) telah dinyatakan meninggal dunia saat menjalani masa perawatannya di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Kamis (22/6/2023) dini hari.

Fajri pun sempat mendapatkan perawatan oleh tim medis RSCM selama 14 hari.

Saat dirujuk ke RSCM, kondisi Fajri memang kurang baik, bahkan setibanya di rumah sakit, ia langsung mendapatkan bantuan ventilator karena sesak nafas yang dialaminya semakin berat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas