Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dua Kelurahan di Cipayung Depok Mulai Kesulitan Air Bersih Akibat Kemarau Panjang

Warga Kecamatan Cipayung Kota Depok mulai mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih karena musim kering berkepanjangan yang terjadi saat ini.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Dua Kelurahan di Cipayung Depok Mulai Kesulitan Air Bersih Akibat Kemarau Panjang
dok.
Warga Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, antre menadah air bersih yang disalurkan truk tangki air PMI Kota Depok, Kamis (7/9/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Warga Kecamatan Cipayung Kota Depok mulai mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih karena musim kering berkepanjangan yang terjadi saat ini.

Warga Cipayung yang mengalami kekeringan sangat terasa di Kelurahan Cipayung dan Kelurahan Bojong Pondok Terong.

Menurut Jayani, Ketua RT 04/RW 12 Kelurahan Cipayung, mengatakan sejumlah warga di wilayahnya mengeluh kurangnya pasokan air dari sumur.

"Sejauh ini ada tiga rumah yang melaporkan kekurangan air karena debit air di sumur mereka sangat kecil," kata Jayani di Cipayung, Kamis (7/9/2023).

Dia menjelaskan tiga rumah tersebut sudah meminta bantuan ke kelurahan untuk memberikan solusi atas masalah ini.

"Warga berharap pemerintah memperdalam sumur di rumah warga. Tetapi sejauh ini bantuan masih berupa suplai air," tuturnya.

Menurut Jayani, warga yang kekuragan air di RT 04/RW 12 Cipayung sebenarnya cukup banyak.

Berita Rekomendasi

Namun banyak warga yang tidak melapor karena solusi dari pemerintah hanya berupa suplai air dengan mobil tangki air.

"Warga yang kekurangan air sejauh ini bisa diatasi dengan numpang air ke tetangga atau pun keluarga untuk kebutuhan sehari-hari," paparnya.

Baca juga: Karanganyar Siaga Darurat Bencana Kekeringan, BPBD Distribusikan Air hingga Sumur Keluarkan Gas

Kondisi kekurangan air juga dirasakan oleh Yola, warga RW 13 Kelurahan Bojong Pondok Terong. Yola mengaku air di sumur rumahnya mulai mengering sejak bulan Agustus 2023.

"Hampir satu bulan debit air yang keluar dari sumur sangat kecil. Kami kesulitan untuk mandi dan cuci pakaian," ungkapnya.

Dia berharap pemerintah Kota Depok bisa membantu mengatasi maslah kurangnya air ini.

Baca juga: Dampak Kekeringan, Warga di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur Mulai Kekurangan Air Bersih

"Selama ini kami menumpang mandi dan cuci di rumah saudara. Tetapi kan tidak bisa begitu terus. Kalau bisa sih ada bantuan suplai air untuk kebutuhan beberapa hari begitu, tidak cuma sehari," tandas Yola.

Rusunawa Marunda Krisis Air

Di tempat terpisah, warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda Blok A, Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, kini juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih.

Mereka meminta Pemda segera turun tangan.

Faqih Rochman (53), selaku warga Blok A RT 4/RW 10 mengaku permasalahan tersebut baru terjadi kembali pada Rabu (15/2/2023).

Dia kerap resah harus mencari solusi air untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya. "Terakhir itu empat hari lalu, dua hari itu mati air," kata Faqih, saat ditemui Wartakotalive.com, Minggu (19/2/2023).

Lantas, dirinya harus mencari solusi dengan meminta air ke blok Rusunawa lainnya, yang tentu memiliki stok air.

Namun, ia keberatan karena harus terlebih dulu naik-turun tangga untuk bisa mengambil air tersebut.

Mengingat, kondisi fisik di usia Faqih, dirasanya sudah tidak cukup terlalu rutin untuk melakukan hal serupa.

"Jadi harus minta air ke rusun lainnya yang tidak mati, tapi capek juga harus naik turun tangga, kasian yang lantai atas," ujarnya.

Kondisi air mati di wilayahnya tersebut memang kerap terjadi, bahkan pernah hingga lima hari.

Kala itu, dirinya pun diharuskan memutar otak ketika setiap waktu matahari terbit, mengingat waktu tersebut adalah awal aktivitas keluarganya.

"Kalau pagi bingung, anak sekolah kan harus mandi, saya juga, nah itu jadinya hanya elap cuci muka aja di luar," tuturnya.

Keluhan lainnya datang dari tetangga Faqih yakni, Susi (55), dirinya juga merasa keberatan dengan situasi tersebut, mengingat kerap terjadi.

"Betul keberatan, memang sih ada bantuan pernah dari Pemerintah Provinsi (Pemprov DKI Jakarta) tapi masih kurang," imbuh Susi.

Berdasarkan hal tersebut, mereka meminta pemerintah relevan bisa lebih memperhatikan kondisi tersebut kedepannya, dan dapat mencari solusi segera.

Berdampak ke Pedagang Beras

Pedagang sembako yang kerap melakukan penyetokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur kini menjerit.

Pasalnya, sudah lebih dari satu bulan harga beras naik drastis.

Fauzi (48) selaku seorang pedagang sembako mengatakan kenaikan harga tersebut disebabkan karena adanya faktor kekeringan musim kemarau panjang yang melanda di beberapa wilayah.

Sehingga petani beras kesulitan untuk mendapatkan hasil panen maksimal.

“Untuk harga sekarang itu kalau beli Rp 604.000 (ukuran eceran mencapai 50 liter, biasanya itu kisaran Rp 500.000 berapa gitu, sekarang setiap hari naik terus, dampak kemarau terasa sekali,” kata Fauzi saat ditemui awak media di Pasar Induk Beras Cipinang, Selasa (5/9/2023).

Imbas lainnya, kualitas beras yang paling rendah pun kini sudah setara harga jualnya dengan beras yang berkualitas tinggi.

“Ini kan bisa 58 liter, nah seliter itu saya jual Rp 11.000 an, biasanya kalau jual yang beras kelas ini (kelas rendah) Rp 9.000 an, ini dampak dari kemarau panjang ini ngaruh sekali,” imbuhnya.

Baca juga: Warga Kudus Kesulitan Air Bersih karena Kemarau, BPBD Bagikan Air Bersih

Selaras disampaikan Firdaus (54) selaku seorang pedagang sembako yang juga mengambil stock dari Pasar Induk Beras Cipinang, bahwa kenaikan harga ini dinilainya sangat cepat.

Terhitung per hari, kenaikan harga bisa melonjak hingga tiga kali.

“Ini dalam satu bulan mungkin mereka sudah bisa sampai 50 kali, pagi naik, sore naik, bosan juga saya, kenaikan itu drastis mulai dari kalau dari awal-awal itu contoh ada yang harga awal Rp 500 ribu sekian, sekarang Rp 600 ribu lebih,” imbuh Firdaus.

Kini, Firdaus berharap pemerintah dapat mencari solusi segera mengatasi kenaikan harga beras secara sigap.

“Harapannya bagi masyarakat itu ya harga normal yang wajar, sekarang terlalu jadi kenaikan itu jangka waktu terlalu pendek, pagi naik, atau tidak siangnya naik, atau tidak sorenya udah naik,” pungkas Firdaus.

Laporan reporter Hironimus Rama | Sumber: Warta Kota

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas