Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Psikologi Forensik: Jika Kasus Ibu dan Anak Tewas di Cinere Karena Bunuh Diri, ini Kasus Serius

Psikologi Forensik Reza Indragiri Ameil menyatakan, jika kasus ibu dan anak tewas di Cinere merupakan kasus bunuh diri maka ini kasus serius.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Ahli Psikologi Forensik: Jika Kasus Ibu dan Anak Tewas di Cinere Karena Bunuh Diri, ini Kasus Serius
Tribun Depok/M Rifqi Ibnumasy
Mobil jenazah disiapkan untuk mengevakuasi dua mayat ibu dan anak di perumahan elit wilayah Cinere, Kota Depok, kamis (7/9/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus ibu dan anak tewas sisa kerangka di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat disorot banyak pihak mulai dari pakar kriminolog hingga forensik.

Banyak yang berasumsi, ibu dan anak yakni Grace Arijani Harahapan (68) dan anaknya David Ariyanto Wibowo (38) yang ditemukan tewas di kamar mandi rumah mewahnya bukan korban pembunuhan. 

Psikologi Forensik Reza Indragiri Ameil menyatakan, jika kasus ibu dan anak ini merupakan kasus bunuh diri maka ini kasus serius.

"To You Whomever, Sudah Dapat Suratnya? Asumsikan, peristiwa Cinere adalah bunuh diri. Anggaplah, surat bertajuk To You Whomever ditulis sendiri oleh pelaku.

Bunuh diri adalah buah dari keputusan yang amat sangat serius sekaligus amat sangat salah. Ini harus ditandaskan agar peristiwa bunuh diri tidak dipelajari sebagai jalan keluar atas problematika hidup," tuturnya Senin (11/9/2023).

Reza Indragiri menegaskan bunuh diri tidak memiliki pembenaran. Alih-alih menyelesaikan masalah, bunuh diri justru melipatgandakan masalah.

"Minta kekuatan kepada Tuhan. Dan, jika perlu, cari bantuan kepada manusia. Jadi 'aneh' bahwa surat tentang suatu keputusan yang amat sangat serius itu tidak dialamatkan ke pihak tertentu, melainkan ditujukan ke siapapun.

Berita Rekomendasi

Seolah tidak ada orang tertentu, baik itu keluarga, sahabat, dokter pribadi, atau siapa pun yang dipandang layak menjadi tempat curhat. Sudah dapat surat pelaku?," tuturnya.

Karena mencantumkan "whomever", maka menutur Reza Indragiri media dan masyarakat berhak tahu. Itu yang diinginkan pelaku, yakni--pertama--bunuh dirinya pelaku bukan peristiwa pribadi, melainkan kejadian yang harus menjadi perbincangan khalayak luas. Kedua, agar semua orang tahu isi surat itu dan menindaklanjutinya dengan cara yang tepat.

Surat yang dikirim ke whomever itu merupakan properti publik. Bukan benda yang boleh disikapi oleh instansi tertentu, termasuk kepolisian, semata. Semua pihak 'terbebani' oleh surat itu.

Whomever menjadikan surat itu sebagai aset yang bernilai positif. Bahwa, bunuh diri sesungguhnya bukan isu yang intisarinya berada di ranah penegakan hukum.

Baca juga: Soal Penemuan Mayat Ibu dan Anak di Cinere, Kriminolog: Kemungkinan Tak Meninggal Bersamaan

Sekian banyak pemangku kepentingan kudu ikut 'cawe-cawe', termasuk dalam rangka pencegahan agar tidak terjadi peniruan (copycat suicide) dan wabah bunuh diri (suicide epidemic).

"Jangan lupa. Selama pandemi Covid 19, fokus kita tertuju pada perang terhadap virus. Kesehatan fisik menjadi sasaran berbagai kebijakan," imbuhnya.

Kurang proporsional perhatian diberikan pada kesehatan jiwa. Akibatnya, jangan-jangan, berbagai peristiwa kejahatan ekstrim dan tragedi kemanusiaan yang terjadi pada waktu-waktu belakangan ini merupakan manifestasi dari terkesampingkannya perhatian pada kesehatan jiwa tersebut

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel di lokasi penemuan jenazah, Cinere, Depok, Jum'at (8/9/2023).
Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel di lokasi penemuan jenazah, Cinere, Depok, Jum'at (8/9/2023). (Tribunnews.com/ Rahmat W Nugraha)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas