GCB Olah Sampah Sungai Ciliwung jadi Sumber Tenaga Listrik
Ditambahkan Peni, pada 2020 Kementerian Lingkungan Hidup RI memberikan penilaian kelas dua untuk sungai Ciliwung sejak dinyatakan tercemar pada 1989.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak tahun 2020, sebagian sampah di sungai Ciliwung telah diolah dan disulap menjadi bahan bakar setara batu bara yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
Ketua Gerakan Ciliwung Bersih (GCB), Peni Susanti mengatakan, untuk menghasilkan bahan bakar dari sampah pihaknya menggunakan metode Integrated Resource Recovery Center.
"Refuse Derived Fuel (RDF) dibuat di instalasi Tempat Olah Sampah Setempat yang dibangun di lokasi sekretariat GCB dengan menggunakan metode fermentasi," kata Peni kepada wartawan di sela-sela peringatan HUT Ciliwung ke-12, Selasa (28/11/2023).
Setelah itu, kata dia, sampah dikeringkan, dicacah halus lalu dipadatkan menjadi pelet dan digunakan sebagai bahan bakar pada proses co-firing batubara menjadi tenaga listrik.
"Metode ini kami luncurkan sejak tahun 2020 dan ini adalah hasil kolaborasi kami dengan para mitra,” kata Peni Susanti.
Saat ini, hasil olahan pelet dari program TOSS GCB telah dimanfaatkan oleh PLTU mitra.
Ditambahkan Peni, pada 2020 Kementerian Lingkungan Hidup RI memberikan penilaian kelas dua untuk sungai Ciliwung sejak dinyatakan tercemar pada 1989.
"Saat ini kondisi Ciliwung sudah semakin baik.
Ciliwung juga sudah muncul biota sungai mulai dari lobster hingga ikan-ikan yang cukup langka," pungkasnya.
Ditambahkan Peni, saat ini selain TOSS, kami juga terus berupaya meningkatkan animo masyarakat agar peduli pada kelestarian Sungai Ciliwung melalui program ekowisata dan eduwisata Ciliwung.
Program tersebut di antaranya susur sungai, memanen hasil hidroponik ventikultur sambil menikmati kopi di Kedai pinggir Sungai Ciliwung.
"Inilah saatnya kami kenalkan wajah baru Sungai Ciliwung sebagai alternatif tujuan wisata di Jakarta sambil menimba ilmu tentang sungai, pelestarian sungai dan lingkungan sekitar sungai,” ujarnya.
Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Industri Tawarkan Kemasan dengan Bahan yang Dapat Terurai Secara Alami
GCB juga memberikan apresiasi kepada pihak perusahaan yang mendukung GCB melalui pemasangan paving block hasil pengelolaan sampah etiket mie instan yang low value dan total area yang telah dipasang paving block seluas 911m2 menggunakan 801.680 lembar kemasan etiket Indomie seberat 1,3 ton.
Pemasangan paving block di sekertariat GCB ini merupakan media edukasi dan informasi kepada masyarakat bahwa sampah hasil pemilahan dapat didaur ulang menjadi paving block yang berkualitas setara dengan paving konvensional.
"Dengan metode TOSS yang telah diterapkan di GCB, menunjukkan bahwa sampah kemasan bernilai rendah seperti etiket Indomie dapat dijadikan energi alternative, yaitu sebagai campuran sampah organik pada pembuatan pelet pengganti bahan bakar,” kata Stefanus Indrayana.
Peni menyebut, metode TOSS telah memberikan manfaat bagi etiket bernilai rendah dapat menjadi energi alternative yang dapat dimanfaatkan kembali, seperti bungkus Indomie.
GCB dengan visinya mewujudkan Sungai Ciliwung yang bersih, sehat, indah hijau, asri dan lestari akan terus berupaya agar sungai Ciliwung dapat bermanfaat bagi kehidupan dan menjadi simbol peradaban umat manusia masa kini dan masa mendatang.
“Kami berharap, akan semakin banyak masyarakat terutama komunitas di sepanjang kali Ciliwung yang mengaplikasikan pengelolaan sampah dengan cara TOSS. Serta menjadikan Peringatan Hari Ciliwung ini sebagai momentum kita untuk terus menjaga kelestarian sungai dan sekitarnya demi lingkungan yang berkelanjutan,” kata Peni.