Romo Benny Susetyo: Menguatkan Kesadaran Keberagaman Dengan Menghormati Perbedaan
Pesan damai dan harmoni perlu terus digaungkan, terlebih lagi pada perayaan Natal dan Tahun Baru.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pesan damai dan harmoni perlu terus digaungkan, terlebih lagi pada perayaan Natal dan Tahun Baru.
Di tengah keprihatinan atas insiden terorisme dan narasi intoleransi, semangat menebar kasih Tuhan menjadi penawar yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.
Semangat perayaan Natal sejatinya bukan hanya seruan bagi umat Kristiani, tetapi bagi seluruh umat beragama dan masyarakat Indonesia secara luas.
Romo Benny Susetyo, selaku Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menjelaskan bahwa seluruh anak bangsa perlu menguatkan pentingnya kesadaran akan keberagaman dengan berusaha menghormati perbedaan. Melalui akar sejarah dan budaya yang kaya, seharusnya masyarakat sudah memiliki tradisi yang kuat akan hal ini.
“Bangsa ini sudah biasa dalam cara berpikir, bertindak, bernalar, dan berhubungan dengan menghargai perbedaan. Hal ini ditunjukkan ketika banyak masyarakat yang gotong-royong menyelenggarakan perayaan hari besar keagamaan secara bersama-sama. Sikap masyarakat kita yang cenderung mudah membaur inilah yang mempengaruhi perilaku saling toleransi,” ungkapnya, Selasa (26/12/2023).
Ia menilai, sikap toleransi yang merupakan budaya luhur bangsa Indonesia perlu terus dipupuk dan diperkuat. Dengan perilaku toleransi yang tinggi, ia yakin bangsa Indonesia pasti kebal dengan serangan paham radikal terorisme yang bertujuan ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Romo Benny, paham radikal terorisme sejatinya tidak mengenal agama. Mereka hanya ingin menyebarkan ketakutan serta kebencian di antara manusia, terlebih lagi seperti pada perayaan Natal dan Tahun baru. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dan bersatu melawan paham radikal terorisme.
Ia melanjutkan, walaupun seringkali masyarakat dilanda kekhawatiran akan potensi serangan terorisme menjelang Natal dan Tahun Baru, kekuatan ajaran cinta kasih dan perdamaian dalam diri masing-masing individu selalu bisa melahirkan optimisme dan suka cita. Cinta kasih adalah fitrah kehidupan manusia.
“Kita semua diciptakan untuk saling mencintai dan mengasihi, tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, atau latar belakang lainnya,” katanya.
Romo Benny menambahkan bahwa keragaman dan kemajuan di Indonesia sebenarnya tidak pernah mengalami masalah yang berarti.
Sayangnya, gesekan antar kelompok masyarakat seringkali disebabkan karena para elit politik yang memanipulasi perbedaan untuk kepentingan politik mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, Pancasila dapat menjadi ideologi yang menyatukan segala perbedaan anak bangsa.
Hal ini dibuktikan dengan Indonesia yang terdiri dari 714 suku, etnis, dan ratusan agama serta budaya, tetapi semuanya dapat bersatu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pancasila mampu menyatukan bangsa ini karena digali oleh Bung Karno dari bumi Indonesia. Pancasila akhirnya menjadi ideologi yang mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berelasi kita. Meskipun kita berbeda agama, keyakinan, suku, profesi, atau ideologi, kita dapat bersatu karena memiliki ikatan kebangsaan yang satu, yaitu Pancasila,” tutur Romo Benny.