Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dr Syarif: Semangat Perdamaian Sebagai Optimisme Menyambut Tahun 2024

Memasuki Tahun Baru 2024, bangsa Indonesia perlu merefleksikan banyak hal. Ini penting karena masih terdapat tantangan yang belum terjawab

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Dr Syarif: Semangat Perdamaian Sebagai Optimisme Menyambut Tahun 2024
Dok. pribadi
Moch. Syarif Hidayatullah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Memasuki Tahun Baru 2024, bangsa Indonesia perlu merefleksikan banyak hal.

Ini penting karena masih terdapat tantangan yang belum terjawab untuk mewujudkan perdamaian antar sesama yaitu hoaks, intoleransi, ujaran kebencian, radikalisme, dan terorisme.

2024 Tahun Politik

Apalagi tahun 2024 adalah tahun politik. Semangat perdamaian dan persatuan harus digaungkan sebagai optimisme bangsa di tahun 2024.

Ketua Umum Asosiasi Dai-Daiyah Indonesia (ADDAI), Dr. Moch. Syarif Hidayatullah mengatakan, tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mewujudkan kerukunan antar golongan, baik di media sosial maupun kehidupan nyata, adalah rendahnya literasi informasi.

Hal ini menyebabkan masyarakat rentan terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.

Ia menilai, tingkat literasi informasi yang bagus tentu akan membantu seseorang untuk menyerap informasi apa pun yang beredar di media sosial dengan bijak dan tepat. Literasi informasi yang kurang memadai seringkali membuat seseorang dengan mudah menyetujui berita yang datang tanpa melakukan cross check untuk menguji kebenarannya.

“Tapi karena literasi informasinya masih rendah, masyarakat kita rentan terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik," terang Dr Syarif pada Rabu (3/1/2024).

Berita Rekomendasi

Dr. Syarif juga mengusulkan adanya peningkatan literasi informasi di tengah masyarakat, terutama dalam penggunaan media sosial.

Tantangan Yang Dihadapi Bangsa Indonesia

Hal ini bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mewujudkan kerukunan antargolongan, baik di media sosial maupun kehidupan nyata.

Menurutnya, rendahnya literasi informasi menyebabkan masyarakat rentan terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.

Informasi hoaks dan ujaran kebencian sering kali digunakan oleh kelompok-kelompok intoleran dan radikal untuk menyebarkan paham-paham yang dapat memecah belah masyarakat.

Oleh karena itu, peningkatan literasi informasi penting untuk dilakukan demi membekali masyarakat dengan kemampuan untuk memilah dan menyaring informasi yang mereka terima. Masyarakat harus diajarkan untuk kritis terhadap informasi yang mereka baca, lihat, atau dengar, terutama di media sosial.

Pemahaman penggunaan internet dan media sosial secara bijak dapat meningkatkan kesadaran bersama untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.

Jaga Kerukunan Di Indonesia

Masyarakat diharapkan untuk semakin bertanggungjawab dalam memberikan pernyataannya sehingga kerukunan di Indonesia dapat terjaga dengan baik.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas