Cerita Pengusaha Laundry Tempuh Jarak Jauh Berburu Gas Elpiji 3 Kg: Cari Agen dari Mulut ke Mulut
Gunawan (34), nampak kesulitan membawa empat tabung gas bersama rekannya Mariyani (40) di sebuah pangkalan gas elpiji 3 kilogram.
Penulis: Abdi Ryanda Shakti
Editor: Wahyu Aji
![Cerita Pengusaha Laundry Tempuh Jarak Jauh Berburu Gas Elpiji 3 Kg: Cari Agen dari Mulut ke Mulut](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gunawan-pembeli-gas-3-kg.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gunawan (34), nampak kesulitan membawa empat tabung gas bersama rekannya Mariyani (40) di sebuah pangkalan gas elpiji 3 kilogram di kawasan Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat pada Senin (4/1/2025).
Helm berwarna merah marun pun masih terpasang di kepalanya sambil melihat kondisi apakah masih tersedia gas 3 kilogram di pangkalan tersebut.
Tak lama kemudian, dia pun beranjak dari sepeda motornya dan membeli gas dengan harga Rp16 ribu di pangkalan yang baru saja didatangi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.
Warga Kelapa Dua, Kebon Jeruk Jakarta Barat ini rela menunggangi kuda besinya itu hingga ke wilayah Palmerah agar bisa mendapatkan gas untuk keperluan usahanya.
"Susah dapatin gasnya, tadinya kan deket-deket tuh, kalau misalkan warung langsung dapat kan gas. Tapi kayaknya harus ke agen," kata Gunawan saat ditemui.
Dia bercerita, sebelum ada kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, Gunawan membeli di warung eceran dengan harga hingga Rp25 ribu per tabung gas.
Menurutnya, 3 kilogram ini sangat diperlukan untuk kelancaran usaha laundry yang dia jalankan.
Di mana, setiap harinya dibutuhkan paling sedikit lima tabung untuk alat pengering pakaian.
"Per hari biasanya bisa butuh lima gas ya, minimal lima sampai 10," tuturnya.
Sehingga, kata Gunawan, dia harus rela mencari sejumlah agen meski tak dekat dari tempat usahanya.
"Tahu agen-agen kayak gini tuh dari mulut ke mulut, atau dari yang lewat pakai motor dia lagi bawa gas kosong gitu, atau mungkin dia udah dapat terus ngasih tahu," ungkapnya.
Gunawan mengaku kesulitan dengan kondisi seperti ini. Sehingga, dia meminta agar pemerintah segera menemukan solusi agar masyarakat tak kesulitan.
"Harapannya jangan seperti ini lah, apalagi kita ini kan diperuntukkan untuk masyarakat kan ya, kalau bisa terus ada," pintanya.
Sebelumnya, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia kembali mengaktifkan para pengecer gas elpiji 3 Kg setelah terjadinya polemik dalam beberapa hari terakhir.
Hal ini sesuai dengan intruksi Presiden RI Prabowo Subianto dengan tujuan agar elpiji tepat sasaran.
"Jadi mulai hari ini, pengecer-pengecer seluruh indonesia, dengan nama sub-pangkalan," kata Bahlil di pangkalan elpiji di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa (4/1/2025).
Bahlil mengatakan pihaknya bekerja sama dengan PT Pertamina akan membekali para pengecer ini dengan sebuah aplikasi untuk memonitor penjualan elpiji khususnya ukuran 3 kg.
"Nanti Pertamina dengan ESDM akan membekali mereka sistem aplikasi dan proses mereka menjadi subpangkalan tidak dikenakan biaya apapun, bahkan kami akan proaktif mendaftarkan mereka menjadi bagian formal agar mereka bisa menjadi UMKM," tuturnya.
Dalam hal ini, Bahlil berharap nantinya harga gas elpiji di para pengecer ini bisa stabil atau tidak ada lonjakan harga yang jauh dari agen maupun pangkalan.
"Sebenarnya rakyat itu mendapatkan harga LPG harusnya maksimal 19 ribu. Itu udah paling mahal itu. Karena harusnya itu negara itu mensubsidi itu sampai dengan 12 ribu. Jadi satu tabung itu negara kasih ke agen ya Pak ya, itu sekitar 12 ribu sampai 13 ribu," tuturnya.
Baca juga: Menteri ESDM Bahlil Sebut Subsidi LPG 3 Kg Banyak Tidak Tepat Sasaran
"Agen baru ke Pangkalan itu 16 ribu. Sampai ke Pengecer harusnya 19 ribu maksimal, 18 ribu, 19 ribu," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.