Cerita Korban Banjir di Cawang: Tidak Bisa Tidur Nyenyak di Pengungsian Gara-gara Mati Listrik
Warga berharap banjir dapat segera surut agar mereka dapat kembali ke rumah masing-masing dan pemerintah bisa bergerak lebih cepat.
Editor: willy Widianto

Laporan Gabriela Irvine Dharma
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir kiriman dari Bogor, Jawa Barat yang menerjang kawasan Cawang, Jakarta Timur memaksa warga terutama yang mendiami bantaran sungai Ciliwung harus mengungsi sejak Minggu(2/3/2025) malam.
Baca juga: Korban Banjir di Cawang yang Mengungsi Sudah Mulai Kembali ke Rumah Masing-masing
Berdasarkan keterangan warga saat ditemui Tribun, Rabu (4/3/2025) pengumuman siaga 2 sudah disampaikan oleh pihak RW sejak Minggu sore. Hal itu membuat sebagian warga bersiap-siap meninggalkan rumah.
"Saya mengungsi dari Minggu malam, soalnya sudah diumumin RW kalau siaga 2. Jadi kami siap-siap bawa barang penting ke pengungsian," ujar Dian (47), salah satu warga yang mengungsi di Musala Al Ishlah, Cawang, Jakarta Timur.
Sementara itu, beberapa warga lainnya baru meninggalkan rumah pada Senin(3/3/2025) saat banjir mulai naik drastis hingga mencapai empat meter.
Ketinggian air bahkan sampai menenggelamkan rumah-rumah warga yang hanya memiliki satu lantai.
"Saya baru keluar Senin pagi. Itu juga sudah pakai perahu karet dibantu relawan, karena air sudah nutupin jalan, sudah sepinggang waktu keluar rumah. Tapi ya untungnya rumah saya ada 2 lantai, jadi setidaknya nggak kelelep," kata Yopi (61), warga lainnya yang sedang mengungsi.
Baca juga: Banjir di Jalan Puri Kembangan Jakarta Barat Surut, Arus Lalu Lintas Kembali Normal
Meski bencana datang tiba-tiba, warga bersyukur surat-surat penting seperti KTP, KK, dan ijazah masih bisa diselamatkan. Namun, sebagian besar barang-barang rumah tangga hanyut terbawa arus.
"Alhamdulillah surat-surat penting aman, sudah kami amankan duluan pas dengar siaga 2 itu. Tapi ya barang-barang lain kayak elektronik, kasur, lemari, pada kebawa air," kata Dian.
Selama di pengungsian, warga mengaku sulit tidur nyenyak karena terus memikirkan kondisi rumah mereka yang terendam banjir.
"Mau tidur juga susah Mbak, kondisi begini, kepikiran rumah terus. Ini juga di pengungsian tidur nggak tidur begitu, was-was," ujar Yopi.
Sementara itu, di Universitas Binawan sempat terjadi pemadaman listrik. Hal ini dipicu naiknya air hingga setinggi mata kaki di area kampus, dampak dari banjir yang ketinggiannya mencapai 4 meter di sekitar pemukiman warga.
"Mana kemarin kan sempat itu mati lampu kan, karena ini banjir sudah sampai 4 meter ketinggiannya, ini saja (parkiran universitas) sudah menggenang air, sampai semata kaki Mbak. Jadi listrik mati, dan jadi panas juga kan, tidur jadi nggak enak," tambah Dian.
Baca juga: Cerita Penyelamatan Pria Tunanetra yang Terjebak Banjir di Cawang, Berdiam Diri Tunggu Bantuan Tiba
Warga berharap banjir dapat segera surut agar mereka dapat kembali ke rumah masing-masing dan pemerintah bisa bergerak lebih cepat menangani bencana ini termasuk memperhatikan infrastruktur penunjang seperti pembangunan tanggul atau normalisasi sungai.
"Kami sih harapannya pemerintah lebih gercep, biar nggak terus- terusan banjir kayak begini. Jalanan dan bendungan juga mungkin perlu dibenahi lagi," kata Yopi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.