Mahyudin: Waspadai Agen Asing, Jaga Persatuan dan Kesatuan
Menjelang Pemilu serentak (Pileg dan Pilpres serentak), Wakil Ketua MPR, Mahyudin, mengingatkan masyarakat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Ja
Editor: Content Writer
Menjelang Pemilu serentak (Pileg dan Pilpres serentak), Wakil Ketua MPR, Mahyudin, mengingatkan masyarakat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Jangan mudah terprovokasi dan diadu-domba.
"Apalagi menjelang Pilpres ini bangsa kita mudah diadu-domba. Bangsa asing melihat adanya celah itu. Dengan adu-domba, bangsa asing bisa menguasai kita," katanya.
Mahyudin mengungkapkan hal itu dalam paparan Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada Persatuan Wanita Sulawesi Utara (PWSU) Kota Balikpapan, di Hotel Benakutai Balikpapan, Selasa (5/2/2019). Turut berbicara sebagai narasumber sosialisasi ini anggota MPR Fraksi Partai Golkar, Dr Ir Hetifah Sjaifudian.
Berkaitan dengan celah yang dimanfaatkan bangsa asing, Mahyudin menyebutkan adanya indikasi agen-agen asing yang sudah masuk dalam sendi-sendi kehidupan di masyarakat. Indikasi itu sudah ada sejak dulu.
"Dari informasi yang disampaikan Gatot Nurmantyo ketika masih menjadi Panglima TNI dan intelijen memang ada indikasi itu," ujarnya.
"Tujuannnya adalah untuk memecah belah bangsa Indonesia. Agen asing itu ada yang menjadi pejabat, pengusaha, birokrat, anggota DPR. Tapi kita tidak tahu siapa mereka. Kita bisa merasakan," sambung Mahyudin.
Mahyudin menjelaskan Indonesia yang berada di Equator merupakan sumber energi yang menjadi incaran negara lain. Hal ini membuat bangsa asing iri dengan Indonesia sehingga menyusupkan agen-agen asing.
"Mereka tidak lagi perang dengan senjata konvensional, tapi perang yang diwakili (proxy war). Perang ideologi, perang ekonomi, masuk ke Indonesia melalui agen-agen asing," papar Mahyudin.
Mahyudin menambahkan Indonesia merupakan sumber energi dan market terbesar. Kalau aman dan stabil, pada 2050 Indonesia menjadi negara keempat terbesar ekonominya setelah Cina, Amerika, dan India 2050.
"Bangsa asing tidak membiarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju ekonominya. Mereka punya strategi menghambat Indonesia," tuturnya.
Mahyudin memberi contoh, Indonesia pernah diramalkan menjadi Macan Asia. Tapi justru krisis moneter 1997 -1998. Kurs rupiah terhadap dolar naik dari Rp 2500 ke Rp 15.000. "Krisis moneter ini tidak lepas dari peran asing, " ucapnya. (*)