HNW: Pecahnya Uni Soviet Jadi Pelajaran Buat Indonesia
Pecahnya negara besar, kuat dan merupakan negara adi daya saingan Amerika Serikat Uni Soviet menjadi pelajaran dan 'alarm' luar biasa buat negara-nega
Editor: Content Writer
Pecahnya negara besar, kuat dan merupakan negara adi daya saingan Amerika Serikat Uni Soviet menjadi pelajaran dan 'alarm' luar biasa buat negara-negara dibawah Uni Soviet termasuk Indonesia akan bernasib sama seperti negara super power tersebut.
Logikanya adalah, negara sebesar dan sekuat Uni Soviet bisa hancur lebur bagaimana dengan negara seperti Indonesia. Namun, ada beberapa karakteristik dari negara Indonesia yang tidak dimiliki Uni Soviet dan karakteristik itu yang menjaga Indonesia tetap utuh.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A (HNW) di tengah-tengah menyampaikan materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada sekitar 300 lebih Pimpinan dan anggota BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) Zona III (Jakarta, Banten, Jawa Barat), di aula Sekolah Tinggi Teknologi Mutu (STTM) Muhammadiyah Tangerang, Jumat (22/2/2019).
Potensi Indonesia untuk pecah berantakan seperti Uni Soviet, lanjut HNW, lebih kuat karena Indonesia adalah negara kepulauan, dengan perbedaan yang sangat besar, intelijen Indonesia lebih lemah dibanding Soviet, tapi Indonesia masih tetap utuh.
Tetap utuhnya Indonesia lebih kuat dari Soviet karena Indonesia memiliki satu hal yang tidak dimiliki Soviet yakni rasa kebersamaan dan tujuan bersama. Indonesia dibangun bersama dengan berdasar kepentingan bersama, kesepahaman bersama, keyakinan bersama, saling menerima dan memberi, saling bermusyawarah, tidak ada yang merasa diintimidasi dan dipaksa. Semuanya terangkum dalam satu ideologi yang disepakati bersama yakni Pancasila.
"Karakteristik itulah yang membuat Indonesia tetap utuh. Sedangkan Soviet mengapa hancur karena negara itu menghadirkan ideologi yakni komunis yang tidak sepenuhnya diterima rakyatnya. Komunisme itulah yang dipakai oleh Lenin dan Stalin untuk menguasai wilayah-wilayah yang tidak menerima komunisme," terangnya.
Lebih jauh, HNW mengatakan, walaupun Soviet adalah negara super power dengan kekuatan intelijen, militer, persenjataan dan perekonomian yang ditakuti, namun karena rapuhnya ideologi dan dasar pembangunan negara, maka tanpa serbuan kekuatan militer asing tanpa konflik militer internal, Soviet hancur lebur berantakan.
"Untuk itulah kita patut bersyukur bahwa Indonesia kita tetap kokoh, tetap NKRI padahal kita dibayang-bayangi potensi perpecahan yang kuat. Karena itulah kita mesti menjaga kebersamaan kita, menjaga kesepahaman kita dalam bernegara, menjaga tujuan kita bersama menuju kesejahteraan bersama dan menjaga serta mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tandasnya.
Sosialisasi yang juga dihadiri perwakilan rektor STTMM Drs. Bunyamin, SH, MSi dan Ketua BEM STTMM Suhendra ini sendiri berlangsung selama setengah hari penuh. Dengan gaya pemaparan materi yang menarik, diselingi pertanyaan kuis-kuis sederhana, materi Empat Pilar yang disampaikan HNW mendapatkan respon antusias dan aktif peserta. (*)