Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hadiri Wisuda Universitas Indonesia, Ketua MPR RI Bamsoet Ajak Optimalkan Bonus Demografi Indonesia

Bamsoet mengingatkan dalam kurun waktu 22 tahun ke depan bangsa Indonesia akan menuju usia Indonesia Emas 2045

Editor: Content Writer
zoom-in Hadiri Wisuda Universitas Indonesia, Ketua MPR RI Bamsoet Ajak Optimalkan Bonus Demografi Indonesia
Dok. MPR RI
Bamsoet usai menghadiri Wisuda Program Sarjana dan Vokasi Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Sabtu (11/3/23). 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengingatkan dalam kurun waktu 22 tahun ke depan, bangsa Indonesia akan menuju usia Indonesia Emas 2045. Dimana salah satu visi Indonesia Emas yang ingin diwujudkan adalah pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mimpi yang ingin dibangun di bidang pendidikan, sebagaimana digagas oleh Presiden Jokowi adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia.

"Target yang ingin dicapai adalah terciptanya sumber daya manusia terampil dan mempunyai daya saing untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang semakin kompetitif. Angkatan kerja dengan kualifikasi SMA dan perguruan tinggi, yang pada tahun 2015 masih berkisar pada angka 39,3 persen, diharapkan meningkat hingga 90 persen," ujar Bamsoet usai menghadiri Wisuda Program Sarjana dan Vokasi Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Sabtu (11/3/23).

Wisuda Program Sarjana dan Vokasi UI dipimpin langsung oleh Rektor UI Prof. Ari Kuncoro. Sebanyak 16 wisudawan merupakan lulusan Program Diploma, 1.970 orang Program Sarjana, 187 orang Program Kelas Internasional dan Ekstensi berjumlah 105 orang. Salah satu wisudawan merupakan putri kelima Bamsoet, Saras Shintya Putri, yang meraih gelar Sarjana Hukum dengan predikat cumlaude dari Fakultas Hukum UI.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, generasi muda adalah aset, potensi, dan investasi penting bagi bangsa dan negara untuk melangkah menuju kemajuan peradaban. Terlebih saat ini bangsa Indonesia telah menapakan kaki pada fase bonus demografi, dimana komposisi demografi didominasi penduduk usia produktif yang mayoritasnya adalah generasi muda. Titik puncak fase bonus demografi diperkirakan terjadi hingga tahun 2030, dimana jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 285 juta hingga 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen, atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa adalah kelompok usia produktif.

"Merujuk pada Yayasan Indonesia Forum dalam Visi Indonesia 2030 memproyeksikan kekuatan ekonomi Indonesia mencapai posisi lima besar dunia pada tahun 2030, di saat kita berada pada posisi puncak bonus demografi. Tingkat pendapatan perkapita mencapai US$18.000 per tahun. Terbesar kelima setelah China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Sementara dalam laporan 'Essential 2007' yang diterbitkan United Bank of Switzerland (UBS), diprediksi pada 2025 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-7 di dunia, dan pada tahun 2050, posisi Indonesia akan menempati urutan ke-5," kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini memaparkan, perguruan tinggi sebagai faktor fundamental dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan optimalisasi bonus demografi harus mampu menjawab berbagai tantangan pada aspek kualitas, aksesibilitas, dan budaya keilmuan. Dari aspek kualitas, dunia pendidikan tinggi diharapkan mampu melahirkan sumberdaya-sumberdaya manusia pembangunan yang memiliki kompetensi akademis, daya saing global dan wawasan kebangsaan.

Dari aspek aksesibilitas, perguruan tinggi tidak boleh menjadi sebuah menara gading, menjadi barang langka dan ekslusif yang hanya dapat dijangkau oleh sebagian kecil masyarakat. Perguruan tinggi harus membumi dengan mengoptimalkan peran kampus sebagai sarana pengabdian pada masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh tri darma perguruan tinggi.

Berita Rekomendasi

"Dari aspek budaya keilmuan, perguruan tinggi diharapkan tidak sekedar menjadi tempat transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga harus mampu menjadi fasilitator perubahan, di mana dunia akademis menjadi pintu masuk bagi lahirnya berbagai inovasi. Karena itu, penyelenggaraan pendidikan tinggi juga dituntut untuk bersungguh-sungguh meningkatkan kualitas kurikulum pendidikan," pungkas Bamsoet.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas