Hari Ini Saptono Dimakamkan Berdampingan dengan Jaja
Saptono, salah satu tersangka teroris yang tewas dalam penyergapan
Editor: Tjatur Wisanggeni
Jenazah Saptono rencananya akan dimakamkan berdampingan dengan makam kakaknya yakni Encang Kurniawan alias Jaja alias Yusuf yang juga tersangka teroris dan tewas dalam penyergapan Tim Densus 88 di Aceh Besar, Maret 2010 lalu.
Kakak kandung pertama Saptono, Awal Purwono, bersama seorang perempuan berjilbab panjang Jumat (14/5) mendatangi RS Polri Sukanto dan selama satu jam berada di Ruang Instalasi Forensik. Mereka datang sekitar pukul 10.00 dan dikawal empat orang anggota Densus 88.
Kepada wartawan Purwono menyatakan bahwa selama sekitar satu jam berada di ruang Instalasi Forensik pihaknya belum melihat jenazah Saptono secara langsung. Ia mengaku hanya melihat data-data dan ditunjukkan lewat foto.
"Kami lihat dari data-data ada tanda yang sesuai, yaitu tahi lalat di pipi kiri," katanya.
Menurutnya keluarga mencocokkan data dokumen atau post mortem (data setelah kematian) dengan ciri Saptono yang diketahuinya.
Menurut Purwono rencananya keluarga akan langsung membawa jenazah Saptono ke kampung halamannya di Lebak, Banten Jumat. Namun pihak keluarga ternyata belum mendapat izin dari kepolisian karena masih ada proses administrasi dan menunggu hasil akhir tes DNA.
"Rencananya akan langsung dibawa ke Sajira, Rangkasbitung. Tapi belum dapat izin. Insya Allah akan kami bawa besok," kata pria berjanggut berusia sekitar 50 tahun ini.
Menurut Purwono polisi sudah melakukan tes DNA kepada jenazah Saptono dengan mengambil sampel darah pembanding dari istri dan anak kandung Saptono. "Tapi hasilnya tes DNAnya belum keluar. Katanya sekalian menunggu itu juga, baru kami bawa pulang" ujarnya.
Saptono merupakan adik dari Encang Kurniawan alias Yusuf alias Jaja, tersangka teroris yang juga tewas dalam penggerebekan Densus 88 di Aceh Besar Maret 2010 lalu. Jaja adalah guru agama terpidana mati Imam Samudera yang telah dieksekusi mati tahun lalu. Saptono merupakan anak ke 7 dari sembilan bersaudara. Ia memiliki seorang istri dan enam orang anak.
Saptono juga merupakan orang yang paling dekat dengan Umar Patek, salah satu gembong teroris yang dicari-cari Densus 88. Purwono mengatakan keluarga berencana akan memakamkan Saptono berdampingan dengan makam kakanya Jaja yang juga tewas di tembak Densus 88 Maret lalu, Sabtu di TPU Desa Sajira Barat, Lebak, Banten. "Begitu kita bawa pulang maka akan langsung dimakamkan," katanya.
Menurut Purwono, isu adanya penolakan dari warga Lebak atas dimakamkannya Saptono di sana, itu tidak benar. "Itu cuma rumor dan isu saja. Tidak ada penolakan apapun. Buktinya sebelumnya kakak Saptono juga dimakamkan di sana," ujarnya.
Perjuangan
Awal Purwono, mengganggap kematian adiknya, merupakan bagian dari perjuangan untuk menegakan syariah Islam di Indonesia. Ia dan keluarga mengaku ikhlas dan menerima kematiannya dengan lapang dada.
"Kami menerima kematiannya dengan ikhlas, karena itu bagian dari perjuangan dan jalan yang telah dipilih oleh adik saya. Mereka mati dalam menegakkan syariah Islam," katanya.
Purwono mengungkapkan ada standar tertentu dalam keluarganya untuk memahami pengajaran Islam. Dengan tewasnya Saptono, menurut Awal, nafkah untuk janda Saptono dan ke enam anaknya akan ditanggung oleh dirinya sebagai kakak tertua.
"Karena saya kakak tertua, sudah tugas saya mengurusi anak yatim. Dan itu akan jadi tanggung jawab saya," katanya.
Ia juga menerangkan, istri dari Saptono menanggapi kematiannya dengan tidak berlebihan. Menurutnya tidak ada kesedihan yang terlalu dalam karena kematian Saptono dengan cara ini dianggap mulia.
Sementara sampai Jumat (14/5/2010) malam, 5 jenasah terduga teroris yang tewas dalam penyergapan di Cikampek, Jawa Barat dan Cawang, Jakarta Timur, Rabu lalu masih berada di Ruang Instalasi Forensik RS Polri Sukanto Kramatjati, Jakarta Timur. Dari 5 jenasah itu, baru keluarga Saptono saja yang datang ke RS Polri Sukanto dan mengkonfirmasinya. (wartakota/Budi SL Malau)