Lima Jenis Bambu Suci Orang Bali
Masyarakat Bali, umumnya pemeluk Hindu tidak bisa lepas dari tanam-tanaman, bunga dan kayu sebagai sarana dan prasarana sesaji saat ritual keagamaan.
Editor: OMDSMY Novemy Leo
TRIBUNNEWS.COM, BALI --- Masyarakat Bali, umumnya pemeluk Hindu tidak bisa lepas dari tanam-tanaman, bunga-bungaan dan kayu sebagai sarana dan prasarana sesaji saat ritual keagamaan.
Bambu satu dari sekian tanaman yang dianggap suci dan wajib ada. Demikian disampaikan peneliti Etnobotani Kebun Raya Bali, Ida Bagus Ketut Arinasa, di sela konferensi ilmiah Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) 2010 di Sanur, Bali, Selasa (20/7/2010) pagi.
Menurut mantan Direktur Kebun Raya Bali tersebut, bambu termasuk jenis tanaman endemik Bali yang keberadaannya semakin menipis. Agar tidak langka dan bahkan punah, para peneliti Kebun Raya Bali mulai membudidayakan bambu di lahan kebun raya seluas 154,5 hektare tersebut.
"Secara keseluruhan,
Kebun Raya Bali telah mengoleksi 69 suku atau famili yang terdiri atas
250 jenis atau spesies dan 1.511 spesimen tanam-tanaman adat Bali. Itu
yang berhasil kami koleksi di Kebun Raya Bali," ujar Ida Bagus.
Dia menyebut, khusus budi daya tanaman khas Bali, dialokasikan lahan
Taman Panti Yatna, yang digagas sekitar tahun 1992. Lahan itu untuk
melestarikan tanaman yang digunakan umat Hindu sebagai sarana dalam
upacara ritualnya.
"Tidak mudah untuk mewujudkan impian tersebut, karena kami
memerlukan waktu 10 tahun untuk melestarikan, dan menyediakan lahan
konservasi," katanya.
Kesulitan dihadapi saat hendak menanam tumbuhan
khas Bali yang habitatnya di dataran rendah dengan suhu panas, ke Bukit
Tapak yang dingin, suhu udara bisa mencapai 8 derajat Celsius pada musim
dingin.
Sebelum dibudidayakan, tanam-tanaman itu kebanyakan tumbuh di
dataran rendah, harus terlebih dahulu diaklimatisasi dudu, untuk
menyesuaikan diri tumbuhan dengan habitat baru.
"Kami harus menyesuaikan
tanaman baru untuk dapat berkompetisi dengan habitat baru, antara lain
bersaing dengan tanman besar dan tinggi-tinggi dan besar di hutan," kata
Ida Bagus.
Pembudidayaan semakin perlu karena kawasan pantai di hampir semua
Pulau Bali kini beralih fungsi menjadi kawasan pariwisata yang
'ditumbuhi' bangunan dan hotel.
"Namun karena agama Hindu menganjurkan tanam-tanaman ini dibutuhkan setiap hari, jadi penggunaan besar. Sebetulnya masayrakat sudah berusaha melestarikan sendiri untuk kebutuhan sendiri," katanya.
"Tetapi karena tinggi peningkatan jumlah penduduk dari masyarakat lokal maupun terjadinya urbanisasi, maka pasokan tidak mencukupi. Apalagi lahan semakin banyak beralih fungsi, sehingga banyak tanaman yang tergerus," tambahnya.
Beberapa tanaman endemik Bali yang dianggap suci, contohnya bambu.
Ada lima jenis bambu yang digunakan untuk ritual sehari-hari. Pertama
jenis bambu jajang aya (Giganthocloa aya), secara morfologi tanaman
tersebut memiliki tinggi sekitar 15 meter, diameter bisa sampai 12 cm.
Daun bambu ini dianggap suci sehingga sering digunakan atap bangunan
suci.
Kedua, bambu jenis Jajang taluh (Giganthocloa taluh), biasanya digunakan
untuk gedek, dan sering digunakan untuk upacara kematian. Ketiga, jenis
Tiing ooh (Bambusa ooh). Ruas buluhnya agak panjang, tipis dan biasa
digunakan sebagai sangar pucuk, tempat sesajen.
Keempat jenis Buluh kedampal (Schizostachyum castaneum), biasa digunakan
untuk tempat menampung air suci. Juga sering digunakan sebagai alat
gerantang atau rindik, alat musik dari bambu. Bambu ini banyak tumbuh di
Kabupaten Tabanan.
Kelima, Tiing alas atau liplip (Dinocloa sepang), masih ada di
tempat aslinya di hutan alam di Sepang- Kabupaten Buleleng, dan kawasan
hutan Jembrana. Diyakini sebagai tanaman suci dan obat-obatan. Tidak
endemik, tetapi populasinya di Bali sangat sedikit. Di Pura Lempunyang,
hanya ada satu rumpun.